Laporan Ekologi BioDas

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR
PERCOBAAN V
POPULASI KOMUNITAS DAN EKOSISTEM
NAMA : ANDI AFIF AFRIANSYA
NIM : L241 13 319
HARI/TANGGAL PERC : RABU/30 OKTOBER2013
KELOMPOK : 3
ASISTEN : FINNY ALVIONITA







LABORATORIUM BIOLOGI DASAR
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2O13
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Semua organisme yang hidup di alam tidak dapat hidup sendiri melainkan harus selalu berinteraksi baik dengan alam (lingkungan). Organisme hidup dalam sebuah sistem yang dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan biotik dan komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kehidupan semua jenis makhluk hidup sering mempengaruhi, sastra berinteraksi dengan alam membentuk kesatuan disebut ekosistem. Ekosistem juga menunjukkan adanya interaksi bolak balik antara makhluk hidup (biotik) dengan alam (abiotik). lingkungan abiotik secara terus menerus memiliki dampak satu terhadap yang lainnya sehingga menghasilkan suatu hubungan ketergantungan yang kompleks(Indriyanto,1982).
Cabang biologi yang mempelajari ekosistem adalah ekologi, ekologi berasal dari bahasa yunani yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti liana. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya. Dalam ekologi kita akan tahu bahwa makhluk hidup sebagai kesatuan atau system dengan lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasna ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya yaitu faktor abiotik dan biotic. Faktor abiotik antara lain suhu, kelembapan udara, kecepatan angina, intesitas ahaya, PH tanah dan tinggi sereseh (sampah daun). Faktor biotik adalah faktor hidup yang terdiri dari manusia hewan, tumbuhan dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkat-tingkatan organisasi makhluk hidup yaitu populasi, komunikasi dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu system yang menunjukkan kesatuan kompleks (Zoer’aini,1992).
Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi populasi, komunitas, dan ekosistem dan berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan percobaan tentang populasi, komunitas, dan ekosistem.
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
Menggunakan model untuk mengetahui bagaimana suatu populasi dapat tumbuh.
Mempelajari suatu komunitas dengan mengumpulkan data sebanyak mungkin, memeriksa masing-masing spesies, dan untuk mengetahui urutan mana yang paling penting serta mengetahui srtuktur komunitas.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 16 April 2013 pada pukul 11.30-14.30 WITA, bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.





BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Secara harfiah, ekologi berasal dari dua kata dari bahasa Yunani yakni Oikos dan juga Logos. Oikos berarti rumah atau tempat untuk hidup sedangkan logos adalah ilmu. Jadi, bisa disimpulkan bahwa pengertian ekologi secara sederhana adalah ilmu yang mempelajari mahluk hidup di dalam rumahnya, atau bisa juga dikatakan bahwa ekologi adalah ilmu mengenai rumah tangga mahluk hidup. Sebagian ilmuan juga menyepakati bahwa pengertian ekologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan antara organisme dengan lingkungannya. Lebih spesifik lagi, pengertian ekologi bagi sebagian orang adalah ilmu yang mencoba memahami dan mempelajari hubungan antara binatang, tumbuhan, manusia dan juga lingkungannya, bagaimana mereka hidup, dimana mereka hidup, juga mengapa mereka berada di lingkungan tersebut (Auliah, 2012).
Individu merupakan organisme tunggal seperti seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia. Dalam mempertahankan hidup, setiap jenis makhluk hidup dihadapkan pada masalah-masalah hidup yang kritis misalnya, seekor hewan harus mendapatkan makanan, mempertahankan diri terhadap musuh alaminya, serta memelihara anaknya (Indriyanto, 1982).
Populasi adalah sekelompok mahkluk hidup dengan spesies yang sama, yang hidup di suatu wilayah yang sama dalam kurun waktu yang sama pula. Misalnya semua rusa di Isle Royale membentuk suatu populasi, begitu juga dengan pohon-pohon cemara. Ahli ekologi memastikan dan menganalisa jumlah dan pertumbuhan dari populasi serta hubungan antara masing-masing spesies dan kondisi-kondisi lingkungan (Zoer’aini, 1992).
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya. Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Komponen penyusun ekosistem adalah produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivora, karnivora, dan omnivora), dan dekomposer/pengurai (mikroorganisme) (Anonim, 2010).
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem adalah suatu komunitas tumbuhan, hewan dan mikroorganisme beserta lingkungan non-hayati yang dinamis dan kompleks, serta saling berinteraksi sebagai suatu unit yang fungsional (Zoer’aini, 1992).
Ekosistem terbentuk karena adanya komunitas, suatu sistem yang hidup dan tumbuh sekaligus sebagai sistem, dan dinamis. Komunitas hutan merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh karena komunitas itu terbentuk secara berangsur-angsur melalui beberapa tahap invansi oleh tumbuhan, adaptasi, dan stabilisi. Perubahan dalam komunitas selalu terjadi bahkan dalam komunitas hutan yang stabilpun selalu terjadi perubahan, misalnya pohon-pohon yang sudah tua mengalami tumbang dan mati. Terjadilah perbukaan atau tajuk hutan, sehingga sinar matahari dapat masuk ke lapisan tajuk bagian bawah maka anak pohon dapat tumbuh dengan baik sehingga menyusun lapisan tajuk atasnya kembali. suatu ekosistem adalah tingkatan yang sangat luas dlam suatu wilayah tertentu dan faktor abiotik yang membentuk lingkungan fisikanya. Energi mengalir melalui ekosistem dan zat kimia bersiklus ekosistem; proses yang saling berhubungan ini terjadi melalui transfer zat-zat nutien melalui hubungan saling makan memakan. Spesies dalam suatu ekosistem terbagi menjadi tingkat terostik (pengambilan makanan) yang berbeda-beda yang bergabung pada sumber nutrient utamanya oraganisme auto trost adalah produsen primer; organisme heterios adalah konsumen. Herbivora adalah konsumen primer yang terutama atau secara ekslusif memakan organisme autotrof (Indriyanto, 1982).
Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan antara makhluk hidup dengan urutan tertentu. Dalam rantai makanan ada makhluk hidup yang berperan sebagai konsumen, dan produsen. Jaring- jaring makanan yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Jaring-jaring makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya. Piramida makanan adalah suatu piramida yang menggambarkan perbandingan komposisi jumlah biomassa dan energi dari produsen sampai konsumen puncak dalam suatu ekosistem. Komposisi biomassa terbesar terdapat pada produsen yang menempati dasar piramida. Demikian pula jumlah energi terbesar terdapat pada dasar piramida. Komposisi biomassa dan energi ini semakin ke atas semakin kecil karena selama proses perpindahan energi terjadi penyusutan jumlah energi pada setiap tingkat trofik (Atha, 2011).
Contoh ekosistem yaitu ekosistem aquarium yang merupakan ekosistem buatan yang mana didalanya terdapat berbagai komponen-komponen abiotik dan biotik. Komponen biotik sendiri terdiri dari ikan, lumut atauka terumbu karang dan komponen abiotiknya terdiri dari air, batu, oksigen. Yang mana semua komponen biotik dan abiotik ini dalam aqurium saling membutuhkan atauka ada hubungan antara abiotik dengan biotik. Contohnya saja ikan yang ada dalam aqurium tersebut membutuhkan makanan dan oksigen dari terumbu karang atauka lumut dan tentunya air yang paling pokok yaitu sebagai tempat tinggalnya. Serta komponen komponen lainnya seperti batu yang menjadi tempat untuk tumbuhnya lumut-lumut yang mana limut-lumut tersebut dapat dimakan oleh ikan (Anonim, 2010).
Di dalam ekosistem setiap organisme mempunyai kedudukan tugas dan fungsi tertentu. Fungsi atau kedudukan organisme didalam ekosistem disebut nisia. Berdasarkan nisianya organisme dapat dibedakan menjadi tiga yaitu (Indriyanto, 1982) :
Produsen merupakan organisme yang mampu menghasilkan zat makanan, contohnya : tumbuhan hijau atau klorofil, di dalam hutan way kanan tersebut yang termasuk produsen seperti: soka, sempur, gandaria, plangas dan lain-lain. Mereka di katakana produsen karena memiliki zat hijau daun dan klorofil, sehingga mereka bias membuat cadangan makanan untuk mahkluk hidup lain.
Konsumen merupakan organisme yang tidak dapat menyusun zat makanan sendiri melainkan memakan dari organisme lain. Contohnya: tumbuhan, hewan atau sisa-sisa organisme lain dalam penelitian kami di hutan way kanan yang termasuk konsumen adalah: tupai, burung dan babui hutan. Di sini tupai memakan buah-buahan dan burung juga memakan buah dan biji-biji dari buah yang ada di dalam hutan way tersebut. Untuk babi hutan ia memakan rumput yang ada di lingkungan sekitar. Mereka semua (tupai, burung dan babi hutan) termasuk dalam konsumen I, karena mereka makan langsung mengambil dari produser, untuk konsumen II dan III, kelompok kami tidak menemukannya.
Dekomposer merupakan komponen biotic yng berfungsi menguraikan bahan orgnik yng berasal dari organisme ynag telah mati taupun hasil pembuangan sisa pencernaan. Di sini dikawasan hutan way kanan yang termasuk dalam pengurai adalah : lumut, jamur, cacing dan rayap. Sebagai contoh : rayap menguraikan kayu yang rapuh, cacing menguraikan daun-daun yang berguguran serta sisa-sisa pencernaan atau hasil pembuangan dari sisa mahluk hidup agar menjadikan tanah semakin subur karena mengandung banyak oksigen.
Di daerah tropik yang lembab dan panas dekomposer berjalan sangat cepat, bila dibarengi curah hujan yang tinggi, maka hasil dekomposisi akan cepat hilang di bawa air tanah ke tempat lain. Ini berarti suatu kebocoran ekosistem, kesuburan hilang padahal cadangan dalam tanah tidak ada. Tetapi ada bagian tanah lapisan atas tersebar rapat akar-akar halus atau bulu akar pohon-pohonan yang siap dengan cepat hara makanan dalam larutan dalam air tanah. Penyerapan ini juga dibantu dengan hadirnya jamur yang bersimbiosis dengan pohon dan membentuk mikrorisa pada akar. Tidak jarang pula akar bulu dan miselium (benang-benang badan jamur) menembus langsung pada daun-daun mati yang mengalami dekomposisi. Dengan cara itulah hara yang di lepas oleh proses dekoposisi dengan cepat di serap dan di kembalikan ke dalam tubuh pohon untuk disintesis menjadi bahan yan lebih kompleks dan membentuk tubuh pohon itu lagi. Dengan demikian kemungkinan hara makanan hilang kelinkungan lain dapat dicegah (Bastian, 2010).
Energi yang diperlukan untuk semua tingkatan fotosintesis itu disediakan oleh sinar matahari yang dipakai oleh tumbuhan hijau diam sintesis bahan organik tumbuhan hijau sebagai produsen membuat bahan organic. Produsen menyediakan makanan bagi konsumen primer (herbivora) dan herbivora menyediakan amakanan bagi koneumen skunder (karnivora). Perbedaan tingkat nutrisional dalam rantai makanan menuju kepada tingkatan-tingkatan tropis (tropisme). Dalam keperluannya akan energi tingkatan tropis tertentu bergantung pada tingkat sebelumnya, oleh sebab itu ada energi yang hilang dari tingkat satu ke tingkat berikutnya. Aktivitas metabolik semua organisme itu ditambah aksi kerja decomposer (pengurai) bangkai hewan membebaskan kembali senyawa-senyawa organic itu dipakai legi oleh produsen dalam membuat bahan organic baru, jadi dalam ekosistem itu terdapat siklus biokimia (Purnomo, 2006).
Dalam ekosistem selalu terjadi bentuk-bentuk hubungan antara individu dalam satu spesies maupun lain spesies atau bentuk hubungan antarpopulasi dalam komunitas, maupun interaksi antara komponen biotik dan abiotik. Baik hubungan yang saling menguntngkan atau ada yang dirugikan (Bastian, 2010).
1. Interaksi antar populasi
a. Parasitisme, merupakan bentuk interaksi dimana satu organisme diuntungkan, sedangkan organisme yang satunya dirugikan. Pada hubungan ini, satu organisme akan mengeksploitasi organisme lainnya. Organisme yang di tempati parasit disebut inang atau hospes. Berdasarkan tempat hidup parasit pada inang dapat dibedakan menjadi 2 yaitu endoparasit dan ektoparasit. Endoparasit adalah parasit yang hidup dalam tubuh inang sedangkan ektoparasit adalah parasit yang hidup di luar tubuh inangnya. Berdasarkan kebutuhan makanannya interaksi parasitisme dibedakan menjadi semi parasit dan parasit obligat. Semi parasit adalah parasit yang mengambil makanan masih dalam bentuk anorganik dari tubuh inangnya, sedangkan parasit obligat adalah parasit yang menyerap bahan organik secara langsung dari inangnya.
b. Komensalisme, merupakan interaksi dimana organisme yang satu diuntungkan dan organisme yang lain tidak terpengaruh secara berarti. Contohnya hubungan antara penyu atau ikan hiu dengan ikan remora. Ikan remora mendapat sisa-sisa makanan dari hiu.
c. Mutualisme, merupakan interaksi kedua organisme yang bersangkutan saling mendapatkan keuntungan. Contohnya adalah kupu-kupu dan tumbuhan berbunga, kupu-kupu mendapatkan makanan dari tumbuhan berbunga, sedangkan tumbuhan bunga dibantu dalam proses penyerbukannya.
d. Predasi, merupakan hubungan antara pemangsa dan mangsanya. Spesies pemangsa (predator) biasanya lebih besar daripada mangsanya. Hubungan ini sangat kuat karena jika tidak ada mangsa maka pemangsa tidak dapat hidup tetapi jika tidak ada pemangsa,mangsa akan mengalami ledakan populasi.
e. Kompetisi (persaingan), merupakan hubungan ini terjadi karena organisme selalu memerlukan makanan dan ruang untuk melangsungkan hidupnya. Jika organisme mempunyai habitat yang sama maka akan terjadi kompetisi.
f. Sosial, merupakan hubungan ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari pada manusia yang saling membantu dan menolong.
g. Netral, merupakan hubungan antara individu maupun antara populasi dapat terjadi interaksi yang tidak jelas terlihat, baik yang menguntungkan atau yang bersifat merugikan, meskipun mereka ada dalam satu tempat. Contohnya pada kupu-kupu dan belalang atau kambing dengan ayam.
h. Alelopati, merupakan hubungan atau interaksi antarorganisme, yang mana keberadaan satu organisme dapat menghambat pertumbuhan atau perkembangan organisme lainnya melalui pelepasan toksin atu racun.
2. Interaksi antarkomponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubungan antara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi. Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru.
Suatu ekosistem adalah tingkatan yang sangat luas dlam suatu wilayah tertentu dan faktor abiotik yang membentuk lingkungan fisikanya. Energi mengalir melalui ekosistem dan zat kimia bersiklus ekosistem, proses yang saling berhubungan ini terjadi melalui hubungan saling makan memakan. Spesies dalam suatu ekosistem terbagi menjadi tingkat trofik (pengambilan makanan) yang berbeda-beda yang bergabung pada sumber nutrient utamanya oraganisme autotrof adalah produsen primer dan organisme heterotrof adalah konsumen. Herbivora adalah konsumen primer yang terutama atau secara ekslusif memakan organisme autotrof (Zoer’aini, 1992).
Komponen abiotik itu sendiri terdiri dari beberapa, yaitu (Bastian,2010) :
Tanah, tempat dimana manusia tinggal dan berpijak adalah tanah. Manusia dapat beraktifitas, membangun rumah, gedung, bahkan bercocok tanam. Tanah juga ditempati oleh komponen biotik seperti tumbuhan dan hewan yang melakukan aktifitasnya setiap hari.
Suhu atau temperatur, pada umumnya mahkluk hidup rata-rata dapat bertahan hidup hanya pada kisaran suhu 00C–400C. hanya mahkluk hidup tertentu saja yang dapat hidup dibawah 00C atau diatas 400C. Hewan berdarah panas mampu hidup pada suhu dibawah titik beku karena memiliki bulu dan memiliki suhu tubuh yang konstan (tetap). Suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Temperatur lingkungan adalah ukuran dari intensitas panas dalam unit standar dan biasanya diekspresikan dalam skala derajat celsius. Secara umum, temperatur udara adalah faktor bioklimat tunggal yang penting dalam lingkungan fisik ternak. Supaya ternak dapat hidup nyaman dan proses fisiologi dapat berfungsi normal, dibutuhkan temperatur lingkungan yang sesuai. Banyak spesies ternak membutuhkan temperatur nyaman 13 – 18 oC atau Temperature Humidity Index (THI) < 72. Keadaan pergerakan molekul ditentukan oleh temperatur atau suhu. Makin tinggi suhu, maka akan mepercepat proses kehilangan air dari tanaman dan sebaliknya.Selama musim hujan, rata-rata temperatur udara lebih rendah, sedangkan kelembaban tinggi dibanding pada musim panas. Jumlah dan pola curah hujan adalah faktor penting untuk produksi tanaman dan dapat dimanfaatkan untuk suplai makanan bagi ternak.
Kelembaban, tingkat basah pada suatu benda yang di pengaruhi oleh suhu yang terbentuk secara alami buan campir tangan manusia.
Sinar atau cahaya matahari, mempengaruhi sistem secara global, karena sinar matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis. Radiasi matahari dalam suatu lingkungan berasal dari dua sumber utama:Temperatur matahari yang tinggi dan radiasi termal dari tanah, pohon, awan dan atmosfir. Petunjuk variasi dan kecepatan radiasi matahari, penting untuk mendesain perkandangan ternak, karena dapat mempengaruhi proses fisiologi ternak. Lingkungan termal adalah ruang empat dimensi yang sesuai ditempati ternak. Mamalia dapat bertahan hidup dan berkembang pada suatu lingkungan termal yang tidak disukai, tergantung pada kemampuan ternak itu sendiri dalam menggunakan mekanisme fisiologis dan tingkah laku secara efisien untuk mempertahankan keseimbangan panas di antara tubuhnya dan lingkungan.
Air, sekitar 80-90 % tubuh mahkluk hidup tersusun atas air. Zat ini digunakan sebagai pelarut di dalam sitoplasma, untuk menjaga tekanan osmosis sel, dan mencegah sel dari kekeringan. Air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan dan penyebaran biji, bagi hewan dan manusia air diperlukan untuk minum dan sarana hidup lain seperti transportasi bagi manusia dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain misalnya tanah dan batuan, air digunakan sebagai pelarut dan pelapuk.
Udara, selain berperan dalam menentukan kelembaban, angin juga berperan sebagai penyebaran biji tumbuhan tertentu. angin diturunkan oleh pola tekanan yang luas dalam atmosfir yang berhubungan dengan sumber panas atau daerah panas dan dingin pada atmosfir. Kecepatan angin selalu diukur pada ketinggian tempat ternak berada. Hal ini penting karena transfer panas melalui konveksi dan evaporasi di antara ternak dan lingkungannya dipengaruhi oleh kecepatan angin.Udara di atmosfer tersusun atas nitrogen (N2 78%), oksigen (O2, 21 %), karbon dioksida (CO2,0,03 %), dan gas lainnya. Jadi gas nitrogen merupakan penyusun udara terbesar di atmosfer bumi.
Mineral, yang diperlukan tumbuhan misalnya belerang (S), fosfat (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), besi (fe), natrium (Na), dan khlor (Cl). Mineral-mineral itu diperoleh tumbuhan dalam bentuk ion-ion yang larut didalam air tanah. Mineral tersebut digunakan untuk berlangsungnya metabolisme tubuh dan untuk penyusun tubuh. Hewan dan manusia pun memerlukan mineral untuk penyusun tubuh dan reaksi-reaksi metabolismenya. Selain itu, mineral juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa dan mengatur fungsi fsikologi (faal) tubuh.
Keasaman [pH], juga berpengaruh terhadap mahkluk hidup. Biasanya mahkluk hidup memerlukan lingkungan yang memiliki PH netral. Mahkluk hidup tidak dapat hidup di lingkungan yang terlalu asam atau basa. Sebagai contoh tanah di Kalimantan yang umumnya bersifat asam memiliki keanekaragaman yang rendah dibandingkan dengan didaerah lain yang tanahnya netral. Tanah di Kalimantan bersifat asam karena tersusun atas gambut. Oleh karena itu sulit dijadikan areal pertanian jika tidak diolah dan dinetralkan terlebih dahulu. Tanah yang bersifat asam dapat dinetralkan dengan diberikan bubuk kapur. Tanah berhumus seringkali bersifat asam. Tanah berkapur seringkali bersifat basa. Tanah bersifat basa dapat dinetralkan dengan diberi bubuk belerang.
Kadar Garam [Salinitas], jika kadar garam tinggi, sel-sel akar tumbuhan akan mati dan akhirnya akan mematikan tumbuhan itu. Didaerah yang berkadar garam tinggi hanya hidup tumbuhan tertentu. Misalnya pohon bakau di pantai yang tahan terhadap lingkungan berkadar garam tinggi.
Topografi, artinya keadaan naik turunnya permukaan bumi disuatu daerah. Topografi berkaitan dengan kelembaban, cahaya, suhu, serta keadaan tanah disuatu daerah. Interaksi berbagai faktor itu membentuk lingkungan yang khas. Sebagai contoh keanekaragaman hayati di daerah perbukitan berbeda dengan didaerah datar. Organisme yang hidup di daerah berbukit berbeda dengan daerah datar. Topografi juga mempengaruhi penyebaran mahkluk hidup.
Garis Lintang, berbeda menunjukan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara tidak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme dipermukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa dan di antara dua benua, memiliki curah hujan yang cukup tinggi, rata-rata 200-225 cm/tahun. Dengan curah hujan yang tinggi dan merata, cahaya matahari sepanjang tahun, dan suhu yang cukup hangat dengan suhu rata-rata 270C, Indonesia memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi.









BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah kalkulator, mistar, dan alat tulis menulis.
III.2 Bahan
Dalam percobaan ini, bahan-bahan yang digunakan yaitu kertas grafik A3 2 lembar.
III.3 Cara Kerja
1. Model 1
Diumpamakan disuatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun semua tertua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya.
Asumsi III : Setiap tahun semua keturuna hidup sampai pada musim bertelur berikutnya. (Dalam keadaan sebenarnya beberapa tertua akan hidup dan beberapa keturunannya akan mati. Asumsi I dan III akan saling memberikan suatu keadaan yang seimbang, sehingga akan mengurangi perbedaan antara model yang dibuat dengan keadaaan sebenarnya).
Asumsi IV : Selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
Setelah itu menghitung pertumbuhan populasi pada tahun 2013 sampai 2017 kemudian menggambar grafik pertumbuhannya pada kertas grafik.
2. Model 2
Diumpamakan disuatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun dua perlima dari tertua (jantan dan betina jumlahnya sama) masih dapat mempunyai keturunan lagi untuk kedua kalinya, baru kemudian mati.
Asumsi III : Setiap tahun semua keturunan hidup sampai pada musim bertelur berikutnya. (Dalam keadaan sebenarnya beberapa tertua akan hidup dan beberapa keturunannya akan mati. Asumsi I dan III akan saling memberikan suatu keadaan yang seimbang, sehingga akan mengurangi perbedaan antara model yang dibuat dengan keadaaan sebenarnya).
Asumsi IV : Selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
Setelah itu menghitung pertumbuhan populasi pada tahun 2013 sampai 2017 kemudian menggambar grafik pertumbuhannya pada kertas grafik.




3. Model 3
Diumpamakan disuatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun semua tertua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya.
Asumsi III : Setiap tahun dua perlima dari keturunannya (jantan dan betina jumlahnya sama) mati sebelum musim bertelur.
Asumsi IV : Selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
Setelah itu menghitung pertumbuhan populasi pada tahun 2013 sampai 2017 kemudian menggambar grafik pertumbuhannya pada kertas grafik.
4. Model 4
Diumpamakan disuatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun semua tertua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya.
Asumsi III : Setiap tahun semua keturuna hidup sampai pada musim bertelur berikutnya. (Dalam keadaan sebenarnya beberapa tertua akan hidup dan beberapa keturunannya akan mati. Asumsi I dan III akan saling memberikan suatu keadaan yang seimbang, sehingga akan mengurangi perbedaan antara model yang dibuat dengan keadaaan sebenarnya).
Asumsi IV : Setiap tahun 50 burung gereja baru (jantan dan betina jumlahnya sama) datang ke pulau tersebut dari tempat lainnya. Tidak ada seekor burung yang meninggalkan pulau tersebut.
Setelah itu menghitung pertumbuhan populasi pada tahun 2013 sampai 2017 kemudian menggambar grafik pertumbuhannya pada kertas grafik.









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Rantai Makanan


















Jaring-Jaring Makanan






















Piramida Makanan






















Model Populasi
Model 1
Diumpamakan disuatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun semua tertua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya.
Asumsi III : Setiap tahun semua keturuna hidup sampai pada musim bertelur berikutnya. (Dalam keadaan sebenarnya beberapa tertua akan hidup dan beberapa keturunannya akan mati. Asumsi I dan III akan saling memberikan suatu keadaan yang seimbang, sehingga akan mengurangi perbedaan antara model yang dibuat dengan keadaaan sebenarnya).
Asumsi IV : Selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
Tahun 2013 : 10 ekor (5 pasang)
Asumsi I : 5 x 10 = 50 ekor (25 pasang)
50 + 10 = 60 ekor
Asumsi II : 60 - 10 = 50 ekor
Asumsi III : 50 ekor
Asumsi IV : 50 ekor (25 pasang)
Tahun 2014 : 50 ekor (25 pasang)
Asumsi I : 25 x 10 = 250 ekor (125 pasang)
250 + 50 = 300 ekor
Asumsi II : 300 - 50 = 250 ekor
Asumsi III : 250 ekor
Asumsi IV : 250 ekor (125 pasang)
Tahun 2015 : 250 ekor (125 pasang)
Asumsi I : 125 x 10 = 1.250 ekor
1.250 + 250 = 1.500 ekor
Asumsi II : 1.500 - 250 = 1.250 ekor
Asumsi III : 1.250 ekor
Asumsi IV : 1.250 ekor (625 pasang)
Tahun 2016 : 1.250 ekor (625 pasang)
Asumsi I : 625 x 10 = 6.250 ekor (3.125 pasang)
6.250 + 1.250 = 7.500 ekor
Asumsi II : 7.500 – 1.250= 6.250 ekor
Asumsi III : 6.250 ekor
Asumsi IV : 6.250 ekor (3.125 pasang)
Tahun 2017 : 6.250 ekor (3.125 pasang)
Asumsi I : 3.125 x 10 = 31.250 ekor (15.625 pasang)
31.250 + 6.250 = 37.500 ekor
Asumsi II : 37.500 – 6.250 = 31.250 ekor
Asumsi III : 31.250 ekor
Asumsi IV : 31.250 ekor (15.625 pasang)

Model 2
Diumpamakan disuatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun dua perlima dari tertua (jantan dan betina jumlahnya sama) masih dapat mempunyai keturunan lagi untuk kedua kalinya, baru kemudian mati.
Asumsi III : Setiap tahun semua keturunan hidup sampai pada musim bertelur berikutnya. (Dalam keadaan sebenarnya beberapa tertua akan hidup dan beberapa keturunannya akan mati. Asumsi I dan III akan saling memberikan suatu keadaan yang seimbang, sehingga akan mengurangi perbedaan antara model yang dibuat dengan keadaaan sebenarnya).
Asumsi IV : Selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
Tahun 2013 : 10 ekor (5 pasang)
Asumsi I : 5 x 10 = 50 ekor (25 pasang)
50 + 10 = 60 ekor
Asumsi II : 2/5 x 10 = 4 ekor (hidup)
10 – 4 = 6 ekor (mati)
60 – 6= 54 ekor
Asumsi III : 54 ekor
Asumsi IV : 54 ekor (27 pasang)
Tahun 2014 : 54 ekor (27 pasang)
Asumsi I : 27 x 10 = 270 ekor (135 pasang)
270 + (54 - 4) = 320 ekor
Asumsi II : 2/5 x 50 = 20 ekor (hidup)
50 – 20 = 30 ekor (mati)
320 – 30 = 290 ekor
Asumsi III : 290 ekor
Asumsi IV : 290 ekor (145 pasang)
Tahun 2015 : 290 ekor (145 pasang)
Asumsi I : 145 x 10 = 1.450 ekor (725 pasang)
1.450 + (290 - 20) = 1.720 ekor
Asumsi II : 2/5 x 270 = 108 ekor (hidup)
270 – 108 = 162 ekor (mati)
1.720 – 162 = 1.558 ekor
Asumsi III : 1.558 ekor
Asumsi IV : 1.558 ekor (779 pasang)
Tahun 2016 : 1.558 ekor (779 pasang)
Asumsi I : 779 x 10 = 7.790 ekor (3.895 pasang)
7.790 + (1558 - 108) = 9.240 ekor
Asumsi II : 2/5 x 1450 =580 ekor (hidup)
1.450 – 580 = 870 ekor (mati)
9.240 – 870 = 8.370 ekor
Asumsi III : 8.370 ekor
Asumsi IV : 8.370 ekor (4.185 pasang)
Tahun 2017 : 8.370 ekor (4.185 pasang)
Asumsi I : 4.185 x 10 = 41.850 ekor (20.925 pasang)
41.850 + (8.370 - 580) = 49.640 ekor
Asumsi II : 2/5 x 7.790 = 3.116 ekor (hidup)
7.790 – 3.116 = 4.674 ekor (mati)
49.640 – 4674 = 44.966 ekor
Asumsi III : 44.966 ekor
Asumsi IV : 44.966 ekor (22.483 pasang)
Model 3
Diumpamakan disuatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun semua tertua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya.
Asumsi III : Setiap tahun dua perlima dari keturunannya (jantan dan betina jumlahnya sama) mati sebelum musim bertelur.
Asumsi IV : Selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
Tahun 2013 : 10 ekor (5 pasang)
Asumsi I : 5 x 10 = 50 ekor (25 pasang)
50 + 10 = 60 ekor
Asumsi II : 60 - 10 = 50 ekor
Asumsi III : 2/5 x 50 = 20 ekor (mati) (10 pasang)
50 – 20 = 30 ekor (hidup)
Asumsi IV : 30 ekor (15 pasang)
Tahun 2014 : 30 ekor (15 pasang)
Asumsi I : 15 x 10 = 150 ekor (75 pasang)
150 + 30 = 180 ekor
Asumsi II : 180 - 30 = 150 ekor
Asumsi III : 2/5 x 150 = 60 ekor (mati) (30 pasang)
150 – 60 = 90 ekor (hidup)
Asumsi IV : 90 ekor (45 pasang)
Tahun 2015 : 90 ekor (45 pasang)
Asumsi I : 45 x 10 = 450 ekor (225 pasang)
450 + 90 = 540 ekor
Asumsi II : 540 – 90 = 450 ekor
Asumsi III : 2/5 x 450 = 180 ekor (mati) (90 pasang)
450 – 180 = 270 ekor (hidup)
Asumsi IV : 270 ekor (135 pasang)
Tahun 2016 : 270 ekor (135 pasang)
Asumsi I : 135 x 10 = 1.350 ekor (675 pasang)
1.350 + 270 = 1.620 ekor
Asumsi II : 1.620 - 270 = 1.350 ekor
Asumsi III : 2/5 x 1.350 = 540 ekor (mati) (270 pasang)
1.350 - 540 = 810 ekor (hidup)
Asumsi IV : 810 ekor (405 pasang)
Tahun 2017 : 810 ekor (405 pasang)
Asumsi I : 405 x 10 = 4.050 ekor (2.025 pasang)
4.050 + 810 = 4.860 ekor
Asumsi II : 4.860 - 810 = 4.050 ekor
Asumsi III : 2/5 x 4.050 = 1.620 ekor (mati) (810 pasang)
4.050 - 1.620 = 2.430 (hidup)
Asumsi IV : 2.430 ekor (1.215 pasang)
Model 4
Diumpamakan disuatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun semua tertua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya.
Asumsi III : Setiap tahun semua keturuna hidup sampai pada musim bertelur berikutnya. (Dalam keadaan sebenarnya beberapa tertua akan hidup dan beberapa keturunannya akan mati. Asumsi I dan III akan saling memberikan suatu keadaan yang seimbang, sehingga akan mengurangi perbedaan antara model yang dibuat dengan keadaaan sebenarnya).
Asumsi IV : Setiap tahun 50 burung gereja baru (jantan dan betina jumlahnya sama) datang ke pulau tersebut dari tempat lainnya. Tidak ada seekor burung yang meninggalkan pulau tersebut.
Tahun 2013 : 10 ekor (5 pasang)
Asumsi I : 5 x 10 = 50 ekor (25 pasang)
50 + 10 = 60 ekor
Asumsi II : 60 - 10 = 50 ekor
Asumsi III : 50 ekor (25 pasang)
Asumsi IV : 50 + 50 = 100 ekor (50 pasang)
Tahun 2014 : 100 ekor (50 pasang)
Asumsi I : 50 x 10 = 500 ekor (250 pasang)
500 + 100 = 600 ekor
Asumsi II : 600 – 100 = 500 ekor
Asumsi III : 500 ekor (250 pasang)
Asumsi IV : 500 + 50 = 550 ekor (275 pasang)
Tahun 2015 : 550 ekor (275 pasang)
Asumsi I : 275 x 10 = 2.750 ekor (1.375 pasang)
2.750 + 550 = 3.300 ekor
Asumsi II : 3.300 - 550 = 2.750 ekor
Asumsi III : 2.750 ekor (1.375 pasang)
Asumsi IV : 2.750 + 50 = 2.800 ekor (1.400 pasang)
Tahun 2016 : 2.800 ekor (1.400 pasang)
Asumsi I : 1.400 x 10 = 14.000 ekor (7.000 pasang)
14.000 + 2.800 = 16.800 ekor
Asumsi II :16.800 – 2.800 = 14.000 ekor
Asumsi III : 14.000 ekor (7.000 pasang)
Asumsi IV : 14.000 + 50 = 14.050 ekor (7.025 pasang)
Tahun 2017 : 14.050 ekor (7.025 pasang)
Asumsi I : 7.025 x 10 = 70.250 ekor (35.125 pasang)
70.250 + 14.050 = 84.300 ekor (35.130 pasang)
Asumsi II :84.300 – 14.050 = 70.250 ekor
Asumsi III : 70.250 ekor (35.125 pasang)
Asumsi IV : 70.250 + 50 = 70.300 ekor (35.150 pasang)











IV.2 Grafik Model Populasi
Model 1

















Model 2


















Model 3


















Model 4


















IV.3 Pembahasan
Individu merupakan organisme tunggal seperti seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia. Populasi adalah sekelompok mahkluk hidup dengan spesies yang sama, yang hidup di suatu wilayah yang sama dalam kurun waktu yang sama pula. Misalnya semua rusa di Isle Royale membentuk suatu populasi, begitu juga dengan pohon-pohon cemara. Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
Komponen abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Sebagian besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya. Pada percobaan ini ada beberapa contoh dari komponen abiotik yaitu tanah, udara, suhu, sinar matahari, angin, dan mineral.
Komponen biotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang hidup (organisme). Komponen biotik adalah suatu komponen yang menyusun suatu ekosistem selain komponen abiotik (tidak bernyawa). Pada percobaan ini ada beberapa contoh dari komponen biotik yaitu Hewan ( Ulat, Serangga, Badak, Rusa, Tapir, Gajah, Burung rangkong, Ayam hutan, Tikus, Ular, Elang dan Harimau. Sedangkan pada tumbuhan (Rerumputan dan pohon), dan bakteri pengurai (detritivores).
Pada rantai makanan terjadi karena adanya proses makan dan dimakan dalam urutan tertentu. Di dalam rantai makanan terdapat produsen, konsumen, dan decomposer. Produsen adalah organisme yang dapat menghasilkan makanan sendiri dalam hal ini yaitu tumbuhan hijau (rumput). Konsumen adalah organisme yang tidak dapat menghasilkan makanan sendiri sehingga untuk dapat bertahan hidup memerlukan organism lain sebagai sumber makanannya, biasa juga disebut sebagai organisme heterotrof. Dekomposer adalah organisme pengurai seperti jamur yang berperan sebagai dekomposer menjadi zat hara yang akan dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang. Pada percobaan ini, rantai makanan yang terjadi adalah rumput-belalang-tikus-ular-cacing. Pada rantai makanan tersebut terjadi proses makan dan dimakan dalam urutan tertentu yaitu rumput dimakan belalang, belalang dimakan tikus, tikus dimakan ular dan jika ular mati akan diuraikan oleh cacing yang berperan sebagai dekomposer menjadi zat hara.
Tiap tingkat dari rantai makanan dalam suatu ekosistem disebut tingkat trofik. Pada tingkat trofik pertama adalah organisme yang mampu menghasilkan zat makanan sendiri yaitu tumbuhan hijau atau organisme autotrof dengan kata lain sering disebut produsen. Organisme yang menduduki tingkat tropik kedua disebut konsumen primer (konsumen I). Konsumen I biasanya diduduki oleh hewan herbivora. Organisme yang menduduki tingkat tropik ketiga disebut konsumen sekunder (Konsumen II), diduduki oleh hewan pemakan daging (karnivora) dan seterusnya. Organisme yang menduduki tingkat tropik tertinggi disebut konsumen puncak. Dengan demikian, pada rantai makanan tersebut dapat dijelaskan bahwa :
Rumput bertindak sebagai produsen.
Belalang sebagai konsumen I (Herbivora)
Tikus sebagai konsumen II (Karnivora)
Ular sebagai konsumen III/konsumen puncak (Karnivora)
Cacing sebagai dekomposer.
Jaring-jaring makanan merupakan peristiwa makan dan dimakan yang lebih kompleks yang merupaka gabungan dari rantai makanan sehingga membentuk jarring - jaring makanan. Kenyataannya dalam suatu ekosistem tidak hanya ada satu rantai makanan karena produsen tidak selalu menjadi sumber makanan bagi satu jenis herbivora. Pada jaring-jaring makanan biasanya terdapat dua atau lebih produsen dan konsumen. Seperti pada jaring-jaring makanan yang ada di atas, jumlah produsen ada dua, yaitu rumput dan pohon, konsumen I yaitu ulat, belalang, badak, rusa, tapir, gajah, burung rangkong, pada konsumen II terdapat ayam hutan dan tikus, serta konsumen puncak yaitu ular, elang, dan harimau. Apabila suatu saat harimau mati maka akan diurai oleh dekomposer atau organisme pengurai.
Berdasarkan gambar piramida, ekosistem dapat seimbang dan terjaga kelestariannya apabila jumlah produsen lebih banyak daripada jumlah konsumen I. Jumlah konsumen I harus lebih banyak daripada konsumen II dan begitu seterusnya. Tiap tingkat dari rantai makanan dalam suatu ekosistem disebut tingkat trofik. Misalnya, tikus pada rantai makan di atas dihilangkan, maka kemungkinan yang akan terjadi adalah jumlah belalang akan meningkat karena tidak ada pemangsanya dan jumlah ular akan menurun karena ular tidak memiliki makanan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, yang terjadi berikutnya adalah belalang akan banyak yang mati karena jumlah rumput tidak mencukupi kebutuhan makan belalang yang jumlahnya semakin banyak.
Pada gambar piramida yang ada di atas, tingkat trofik I di tempati oleh prosdusen yaitu rumput dan pepohonan, tingkat trofik II di tempati oleh konsumen primer yaitu ulat, belalang, badak, rusa, tapir, gajah, dan burung rangkong, tingkat trofik III di tempati oleh ayam hutan dan tikus, dan tingkat trofik IV di tempati oleh konsumen puncak yaitu ular, elang, dan harimau.
Pertumbuhan populasi pada suatu daerah di pengaruhi oleh baberapa hal yaitu natalitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi (pepindahan). Pada model 1, pertumbuhan populasi terus meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan populasinya di pengaruhi oleh mortalitas (kematian) pada seluruh induk burung gereja, dan tidak terjadi migrasi. Pada model 2, pertumbuhan populasi dipengaruhi natalitas (kelahiran) dan mortalitas (kematian) pada induknya . Pada keadaan ini, populasi mengalami peningkatan jumlah yang sedikit karena mortalitas lebih tinggi daripada natalitas, dan tidak terjadi migrasi. Pada model 3, pertumbuhan populasi dipengaruhi oleh mortalitas dan natalitas pada keturunannya. Pertumbuhan populasi pada model ini mengalami perkembangan yang sangat pesat karena jumlah natalitas lebih tinggi daripada mortalitasnya. Pada model 4, jumlah populasi mengalami peningkatan yang disebabkan oleh imigrasi sebanyak 50 ekor pertahun dan tidak terjadi emigrasi, mortalitas, dan natalitas, sehingga jumlah populasi tidak mengalami penurunan.Dari hasil akhir yang didapatkan, faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi adalah imigrasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pertumbuhan populasi dapat tumbuh karena dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain natalitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan imigrasi. Apabila tingkat kelahiran meningkat atau semakin tinggi maka semakin mempercepat pertumbuhan populasi.
2. Di dalam suatu ekosistem terdapat komponen biotik (mahkluk hidup) dan komponen abiotik (lingkungan) yang saling berhubungan untuk menjaga kesimbangan ekosistem. Antar spesies terjadi hubungan berupa peristiwa makan memakan sehingga dalam suatu komunitas terbentuk struktur dimana setiap spesies memilki peran yang berbeda.
V.2 Saran
Dalam melakukan percobaan ini sebaiknya kita teliti dalam menghitung setiap asumsi yang didapat karena jika asumsi awal salah maka akan berpengaruh terhadap asumsi-asumsi selanjutnya. Laboratorium tetap dijaga kebersihannya agar proses praktikum berjalan dengan lancar.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Ekologi. http://Populasi dan Ekosistem.freehostia.com. Diakses pada tanggal 16 April 2013, pukul 20.05 WITA.
Atha, 2011. Rantai Makanan Jaring - Jaring Makanan dan Piramida Makanan. http://athaanakcerdas.blogspot.com/2011/12/rantai-makanan-jaring-jaring-makanan.html. Diakses pada tanggal 18 April 2013, pukul 16.35 WITA.
Auliah, 2012. Definisi Ekologi dan Lingkungan. http://www.caragampang.com/2012/definisiekologidanlingkungan.html. Diakses pada tanggal 18 April 2013, pukul 16.47 WITA.
Bastian, Yolla Martina, 2010. Materi Ekosistem. http://olazone.blogspot.com/2010/html. Diakses pada tanggal 17 April 2013, pukul 21.09 WITA.
Indriyanto, 1982. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.
Purnomo, Agus, 2006. Ekosistem. http://www.slideshare.net/purnomodrs/ekosistem. Diakses pada tanggal 16 April 2013, pukul 19.30 WITA.
Zoer’aini, 1992. Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta.


di 19.29

1 Komentar untuk "Laporan Ekologi BioDas"

  1. Hotel Casino, Las Vegas - Mapyro
    Information and 여수 출장샵 Reviews 여주 출장마사지 about Hotel Casino, Las 광양 출장안마 Vegas in Las Vegas, 논산 출장샵 NV - Find address, 안성 출장안마 phone number, reviews and ratings of this 5-star resort.

    BalasHapus

Back to Top