Laporan Ekologi BioDas

Laporan Ekologi BioDas

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR
PERCOBAAN V
POPULASI KOMUNITAS DAN EKOSISTEM
NAMA : ANDI AFIF AFRIANSYA
NIM : L241 13 319
HARI/TANGGAL PERC : RABU/30 OKTOBER2013
KELOMPOK : 3
ASISTEN : FINNY ALVIONITA







LABORATORIUM BIOLOGI DASAR
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2O13
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Semua organisme yang hidup di alam tidak dapat hidup sendiri melainkan harus selalu berinteraksi baik dengan alam (lingkungan). Organisme hidup dalam sebuah sistem yang dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan biotik dan komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kehidupan semua jenis makhluk hidup sering mempengaruhi, sastra berinteraksi dengan alam membentuk kesatuan disebut ekosistem. Ekosistem juga menunjukkan adanya interaksi bolak balik antara makhluk hidup (biotik) dengan alam (abiotik). lingkungan abiotik secara terus menerus memiliki dampak satu terhadap yang lainnya sehingga menghasilkan suatu hubungan ketergantungan yang kompleks(Indriyanto,1982).
Cabang biologi yang mempelajari ekosistem adalah ekologi, ekologi berasal dari bahasa yunani yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti liana. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya. Dalam ekologi kita akan tahu bahwa makhluk hidup sebagai kesatuan atau system dengan lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasna ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya yaitu faktor abiotik dan biotic. Faktor abiotik antara lain suhu, kelembapan udara, kecepatan angina, intesitas ahaya, PH tanah dan tinggi sereseh (sampah daun). Faktor biotik adalah faktor hidup yang terdiri dari manusia hewan, tumbuhan dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkat-tingkatan organisasi makhluk hidup yaitu populasi, komunikasi dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu system yang menunjukkan kesatuan kompleks (Zoer’aini,1992).
Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi populasi, komunitas, dan ekosistem dan berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan percobaan tentang populasi, komunitas, dan ekosistem.
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
Menggunakan model untuk mengetahui bagaimana suatu populasi dapat tumbuh.
Mempelajari suatu komunitas dengan mengumpulkan data sebanyak mungkin, memeriksa masing-masing spesies, dan untuk mengetahui urutan mana yang paling penting serta mengetahui srtuktur komunitas.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 16 April 2013 pada pukul 11.30-14.30 WITA, bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.





BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Secara harfiah, ekologi berasal dari dua kata dari bahasa Yunani yakni Oikos dan juga Logos. Oikos berarti rumah atau tempat untuk hidup sedangkan logos adalah ilmu. Jadi, bisa disimpulkan bahwa pengertian ekologi secara sederhana adalah ilmu yang mempelajari mahluk hidup di dalam rumahnya, atau bisa juga dikatakan bahwa ekologi adalah ilmu mengenai rumah tangga mahluk hidup. Sebagian ilmuan juga menyepakati bahwa pengertian ekologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan antara organisme dengan lingkungannya. Lebih spesifik lagi, pengertian ekologi bagi sebagian orang adalah ilmu yang mencoba memahami dan mempelajari hubungan antara binatang, tumbuhan, manusia dan juga lingkungannya, bagaimana mereka hidup, dimana mereka hidup, juga mengapa mereka berada di lingkungan tersebut (Auliah, 2012).
Individu merupakan organisme tunggal seperti seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia. Dalam mempertahankan hidup, setiap jenis makhluk hidup dihadapkan pada masalah-masalah hidup yang kritis misalnya, seekor hewan harus mendapatkan makanan, mempertahankan diri terhadap musuh alaminya, serta memelihara anaknya (Indriyanto, 1982).
Populasi adalah sekelompok mahkluk hidup dengan spesies yang sama, yang hidup di suatu wilayah yang sama dalam kurun waktu yang sama pula. Misalnya semua rusa di Isle Royale membentuk suatu populasi, begitu juga dengan pohon-pohon cemara. Ahli ekologi memastikan dan menganalisa jumlah dan pertumbuhan dari populasi serta hubungan antara masing-masing spesies dan kondisi-kondisi lingkungan (Zoer’aini, 1992).
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya. Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Komponen penyusun ekosistem adalah produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivora, karnivora, dan omnivora), dan dekomposer/pengurai (mikroorganisme) (Anonim, 2010).
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem adalah suatu komunitas tumbuhan, hewan dan mikroorganisme beserta lingkungan non-hayati yang dinamis dan kompleks, serta saling berinteraksi sebagai suatu unit yang fungsional (Zoer’aini, 1992).
Ekosistem terbentuk karena adanya komunitas, suatu sistem yang hidup dan tumbuh sekaligus sebagai sistem, dan dinamis. Komunitas hutan merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh karena komunitas itu terbentuk secara berangsur-angsur melalui beberapa tahap invansi oleh tumbuhan, adaptasi, dan stabilisi. Perubahan dalam komunitas selalu terjadi bahkan dalam komunitas hutan yang stabilpun selalu terjadi perubahan, misalnya pohon-pohon yang sudah tua mengalami tumbang dan mati. Terjadilah perbukaan atau tajuk hutan, sehingga sinar matahari dapat masuk ke lapisan tajuk bagian bawah maka anak pohon dapat tumbuh dengan baik sehingga menyusun lapisan tajuk atasnya kembali. suatu ekosistem adalah tingkatan yang sangat luas dlam suatu wilayah tertentu dan faktor abiotik yang membentuk lingkungan fisikanya. Energi mengalir melalui ekosistem dan zat kimia bersiklus ekosistem; proses yang saling berhubungan ini terjadi melalui transfer zat-zat nutien melalui hubungan saling makan memakan. Spesies dalam suatu ekosistem terbagi menjadi tingkat terostik (pengambilan makanan) yang berbeda-beda yang bergabung pada sumber nutrient utamanya oraganisme auto trost adalah produsen primer; organisme heterios adalah konsumen. Herbivora adalah konsumen primer yang terutama atau secara ekslusif memakan organisme autotrof (Indriyanto, 1982).
Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan antara makhluk hidup dengan urutan tertentu. Dalam rantai makanan ada makhluk hidup yang berperan sebagai konsumen, dan produsen. Jaring- jaring makanan yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Jaring-jaring makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya. Piramida makanan adalah suatu piramida yang menggambarkan perbandingan komposisi jumlah biomassa dan energi dari produsen sampai konsumen puncak dalam suatu ekosistem. Komposisi biomassa terbesar terdapat pada produsen yang menempati dasar piramida. Demikian pula jumlah energi terbesar terdapat pada dasar piramida. Komposisi biomassa dan energi ini semakin ke atas semakin kecil karena selama proses perpindahan energi terjadi penyusutan jumlah energi pada setiap tingkat trofik (Atha, 2011).
Contoh ekosistem yaitu ekosistem aquarium yang merupakan ekosistem buatan yang mana didalanya terdapat berbagai komponen-komponen abiotik dan biotik. Komponen biotik sendiri terdiri dari ikan, lumut atauka terumbu karang dan komponen abiotiknya terdiri dari air, batu, oksigen. Yang mana semua komponen biotik dan abiotik ini dalam aqurium saling membutuhkan atauka ada hubungan antara abiotik dengan biotik. Contohnya saja ikan yang ada dalam aqurium tersebut membutuhkan makanan dan oksigen dari terumbu karang atauka lumut dan tentunya air yang paling pokok yaitu sebagai tempat tinggalnya. Serta komponen komponen lainnya seperti batu yang menjadi tempat untuk tumbuhnya lumut-lumut yang mana limut-lumut tersebut dapat dimakan oleh ikan (Anonim, 2010).
Di dalam ekosistem setiap organisme mempunyai kedudukan tugas dan fungsi tertentu. Fungsi atau kedudukan organisme didalam ekosistem disebut nisia. Berdasarkan nisianya organisme dapat dibedakan menjadi tiga yaitu (Indriyanto, 1982) :
Produsen merupakan organisme yang mampu menghasilkan zat makanan, contohnya : tumbuhan hijau atau klorofil, di dalam hutan way kanan tersebut yang termasuk produsen seperti: soka, sempur, gandaria, plangas dan lain-lain. Mereka di katakana produsen karena memiliki zat hijau daun dan klorofil, sehingga mereka bias membuat cadangan makanan untuk mahkluk hidup lain.
Konsumen merupakan organisme yang tidak dapat menyusun zat makanan sendiri melainkan memakan dari organisme lain. Contohnya: tumbuhan, hewan atau sisa-sisa organisme lain dalam penelitian kami di hutan way kanan yang termasuk konsumen adalah: tupai, burung dan babui hutan. Di sini tupai memakan buah-buahan dan burung juga memakan buah dan biji-biji dari buah yang ada di dalam hutan way tersebut. Untuk babi hutan ia memakan rumput yang ada di lingkungan sekitar. Mereka semua (tupai, burung dan babi hutan) termasuk dalam konsumen I, karena mereka makan langsung mengambil dari produser, untuk konsumen II dan III, kelompok kami tidak menemukannya.
Dekomposer merupakan komponen biotic yng berfungsi menguraikan bahan orgnik yng berasal dari organisme ynag telah mati taupun hasil pembuangan sisa pencernaan. Di sini dikawasan hutan way kanan yang termasuk dalam pengurai adalah : lumut, jamur, cacing dan rayap. Sebagai contoh : rayap menguraikan kayu yang rapuh, cacing menguraikan daun-daun yang berguguran serta sisa-sisa pencernaan atau hasil pembuangan dari sisa mahluk hidup agar menjadikan tanah semakin subur karena mengandung banyak oksigen.
Di daerah tropik yang lembab dan panas dekomposer berjalan sangat cepat, bila dibarengi curah hujan yang tinggi, maka hasil dekomposisi akan cepat hilang di bawa air tanah ke tempat lain. Ini berarti suatu kebocoran ekosistem, kesuburan hilang padahal cadangan dalam tanah tidak ada. Tetapi ada bagian tanah lapisan atas tersebar rapat akar-akar halus atau bulu akar pohon-pohonan yang siap dengan cepat hara makanan dalam larutan dalam air tanah. Penyerapan ini juga dibantu dengan hadirnya jamur yang bersimbiosis dengan pohon dan membentuk mikrorisa pada akar. Tidak jarang pula akar bulu dan miselium (benang-benang badan jamur) menembus langsung pada daun-daun mati yang mengalami dekomposisi. Dengan cara itulah hara yang di lepas oleh proses dekoposisi dengan cepat di serap dan di kembalikan ke dalam tubuh pohon untuk disintesis menjadi bahan yan lebih kompleks dan membentuk tubuh pohon itu lagi. Dengan demikian kemungkinan hara makanan hilang kelinkungan lain dapat dicegah (Bastian, 2010).
Energi yang diperlukan untuk semua tingkatan fotosintesis itu disediakan oleh sinar matahari yang dipakai oleh tumbuhan hijau diam sintesis bahan organik tumbuhan hijau sebagai produsen membuat bahan organic. Produsen menyediakan makanan bagi konsumen primer (herbivora) dan herbivora menyediakan amakanan bagi koneumen skunder (karnivora). Perbedaan tingkat nutrisional dalam rantai makanan menuju kepada tingkatan-tingkatan tropis (tropisme). Dalam keperluannya akan energi tingkatan tropis tertentu bergantung pada tingkat sebelumnya, oleh sebab itu ada energi yang hilang dari tingkat satu ke tingkat berikutnya. Aktivitas metabolik semua organisme itu ditambah aksi kerja decomposer (pengurai) bangkai hewan membebaskan kembali senyawa-senyawa organic itu dipakai legi oleh produsen dalam membuat bahan organic baru, jadi dalam ekosistem itu terdapat siklus biokimia (Purnomo, 2006).
Dalam ekosistem selalu terjadi bentuk-bentuk hubungan antara individu dalam satu spesies maupun lain spesies atau bentuk hubungan antarpopulasi dalam komunitas, maupun interaksi antara komponen biotik dan abiotik. Baik hubungan yang saling menguntngkan atau ada yang dirugikan (Bastian, 2010).
1. Interaksi antar populasi
a. Parasitisme, merupakan bentuk interaksi dimana satu organisme diuntungkan, sedangkan organisme yang satunya dirugikan. Pada hubungan ini, satu organisme akan mengeksploitasi organisme lainnya. Organisme yang di tempati parasit disebut inang atau hospes. Berdasarkan tempat hidup parasit pada inang dapat dibedakan menjadi 2 yaitu endoparasit dan ektoparasit. Endoparasit adalah parasit yang hidup dalam tubuh inang sedangkan ektoparasit adalah parasit yang hidup di luar tubuh inangnya. Berdasarkan kebutuhan makanannya interaksi parasitisme dibedakan menjadi semi parasit dan parasit obligat. Semi parasit adalah parasit yang mengambil makanan masih dalam bentuk anorganik dari tubuh inangnya, sedangkan parasit obligat adalah parasit yang menyerap bahan organik secara langsung dari inangnya.
b. Komensalisme, merupakan interaksi dimana organisme yang satu diuntungkan dan organisme yang lain tidak terpengaruh secara berarti. Contohnya hubungan antara penyu atau ikan hiu dengan ikan remora. Ikan remora mendapat sisa-sisa makanan dari hiu.
c. Mutualisme, merupakan interaksi kedua organisme yang bersangkutan saling mendapatkan keuntungan. Contohnya adalah kupu-kupu dan tumbuhan berbunga, kupu-kupu mendapatkan makanan dari tumbuhan berbunga, sedangkan tumbuhan bunga dibantu dalam proses penyerbukannya.
d. Predasi, merupakan hubungan antara pemangsa dan mangsanya. Spesies pemangsa (predator) biasanya lebih besar daripada mangsanya. Hubungan ini sangat kuat karena jika tidak ada mangsa maka pemangsa tidak dapat hidup tetapi jika tidak ada pemangsa,mangsa akan mengalami ledakan populasi.
e. Kompetisi (persaingan), merupakan hubungan ini terjadi karena organisme selalu memerlukan makanan dan ruang untuk melangsungkan hidupnya. Jika organisme mempunyai habitat yang sama maka akan terjadi kompetisi.
f. Sosial, merupakan hubungan ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari pada manusia yang saling membantu dan menolong.
g. Netral, merupakan hubungan antara individu maupun antara populasi dapat terjadi interaksi yang tidak jelas terlihat, baik yang menguntungkan atau yang bersifat merugikan, meskipun mereka ada dalam satu tempat. Contohnya pada kupu-kupu dan belalang atau kambing dengan ayam.
h. Alelopati, merupakan hubungan atau interaksi antarorganisme, yang mana keberadaan satu organisme dapat menghambat pertumbuhan atau perkembangan organisme lainnya melalui pelepasan toksin atu racun.
2. Interaksi antarkomponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubungan antara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi. Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru.
Suatu ekosistem adalah tingkatan yang sangat luas dlam suatu wilayah tertentu dan faktor abiotik yang membentuk lingkungan fisikanya. Energi mengalir melalui ekosistem dan zat kimia bersiklus ekosistem, proses yang saling berhubungan ini terjadi melalui hubungan saling makan memakan. Spesies dalam suatu ekosistem terbagi menjadi tingkat trofik (pengambilan makanan) yang berbeda-beda yang bergabung pada sumber nutrient utamanya oraganisme autotrof adalah produsen primer dan organisme heterotrof adalah konsumen. Herbivora adalah konsumen primer yang terutama atau secara ekslusif memakan organisme autotrof (Zoer’aini, 1992).
Komponen abiotik itu sendiri terdiri dari beberapa, yaitu (Bastian,2010) :
Tanah, tempat dimana manusia tinggal dan berpijak adalah tanah. Manusia dapat beraktifitas, membangun rumah, gedung, bahkan bercocok tanam. Tanah juga ditempati oleh komponen biotik seperti tumbuhan dan hewan yang melakukan aktifitasnya setiap hari.
Suhu atau temperatur, pada umumnya mahkluk hidup rata-rata dapat bertahan hidup hanya pada kisaran suhu 00C–400C. hanya mahkluk hidup tertentu saja yang dapat hidup dibawah 00C atau diatas 400C. Hewan berdarah panas mampu hidup pada suhu dibawah titik beku karena memiliki bulu dan memiliki suhu tubuh yang konstan (tetap). Suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Temperatur lingkungan adalah ukuran dari intensitas panas dalam unit standar dan biasanya diekspresikan dalam skala derajat celsius. Secara umum, temperatur udara adalah faktor bioklimat tunggal yang penting dalam lingkungan fisik ternak. Supaya ternak dapat hidup nyaman dan proses fisiologi dapat berfungsi normal, dibutuhkan temperatur lingkungan yang sesuai. Banyak spesies ternak membutuhkan temperatur nyaman 13 – 18 oC atau Temperature Humidity Index (THI) < 72. Keadaan pergerakan molekul ditentukan oleh temperatur atau suhu. Makin tinggi suhu, maka akan mepercepat proses kehilangan air dari tanaman dan sebaliknya.Selama musim hujan, rata-rata temperatur udara lebih rendah, sedangkan kelembaban tinggi dibanding pada musim panas. Jumlah dan pola curah hujan adalah faktor penting untuk produksi tanaman dan dapat dimanfaatkan untuk suplai makanan bagi ternak.
Kelembaban, tingkat basah pada suatu benda yang di pengaruhi oleh suhu yang terbentuk secara alami buan campir tangan manusia.
Sinar atau cahaya matahari, mempengaruhi sistem secara global, karena sinar matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis. Radiasi matahari dalam suatu lingkungan berasal dari dua sumber utama:Temperatur matahari yang tinggi dan radiasi termal dari tanah, pohon, awan dan atmosfir. Petunjuk variasi dan kecepatan radiasi matahari, penting untuk mendesain perkandangan ternak, karena dapat mempengaruhi proses fisiologi ternak. Lingkungan termal adalah ruang empat dimensi yang sesuai ditempati ternak. Mamalia dapat bertahan hidup dan berkembang pada suatu lingkungan termal yang tidak disukai, tergantung pada kemampuan ternak itu sendiri dalam menggunakan mekanisme fisiologis dan tingkah laku secara efisien untuk mempertahankan keseimbangan panas di antara tubuhnya dan lingkungan.
Air, sekitar 80-90 % tubuh mahkluk hidup tersusun atas air. Zat ini digunakan sebagai pelarut di dalam sitoplasma, untuk menjaga tekanan osmosis sel, dan mencegah sel dari kekeringan. Air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan dan penyebaran biji, bagi hewan dan manusia air diperlukan untuk minum dan sarana hidup lain seperti transportasi bagi manusia dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain misalnya tanah dan batuan, air digunakan sebagai pelarut dan pelapuk.
Udara, selain berperan dalam menentukan kelembaban, angin juga berperan sebagai penyebaran biji tumbuhan tertentu. angin diturunkan oleh pola tekanan yang luas dalam atmosfir yang berhubungan dengan sumber panas atau daerah panas dan dingin pada atmosfir. Kecepatan angin selalu diukur pada ketinggian tempat ternak berada. Hal ini penting karena transfer panas melalui konveksi dan evaporasi di antara ternak dan lingkungannya dipengaruhi oleh kecepatan angin.Udara di atmosfer tersusun atas nitrogen (N2 78%), oksigen (O2, 21 %), karbon dioksida (CO2,0,03 %), dan gas lainnya. Jadi gas nitrogen merupakan penyusun udara terbesar di atmosfer bumi.
Mineral, yang diperlukan tumbuhan misalnya belerang (S), fosfat (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), besi (fe), natrium (Na), dan khlor (Cl). Mineral-mineral itu diperoleh tumbuhan dalam bentuk ion-ion yang larut didalam air tanah. Mineral tersebut digunakan untuk berlangsungnya metabolisme tubuh dan untuk penyusun tubuh. Hewan dan manusia pun memerlukan mineral untuk penyusun tubuh dan reaksi-reaksi metabolismenya. Selain itu, mineral juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa dan mengatur fungsi fsikologi (faal) tubuh.
Keasaman [pH], juga berpengaruh terhadap mahkluk hidup. Biasanya mahkluk hidup memerlukan lingkungan yang memiliki PH netral. Mahkluk hidup tidak dapat hidup di lingkungan yang terlalu asam atau basa. Sebagai contoh tanah di Kalimantan yang umumnya bersifat asam memiliki keanekaragaman yang rendah dibandingkan dengan didaerah lain yang tanahnya netral. Tanah di Kalimantan bersifat asam karena tersusun atas gambut. Oleh karena itu sulit dijadikan areal pertanian jika tidak diolah dan dinetralkan terlebih dahulu. Tanah yang bersifat asam dapat dinetralkan dengan diberikan bubuk kapur. Tanah berhumus seringkali bersifat asam. Tanah berkapur seringkali bersifat basa. Tanah bersifat basa dapat dinetralkan dengan diberi bubuk belerang.
Kadar Garam [Salinitas], jika kadar garam tinggi, sel-sel akar tumbuhan akan mati dan akhirnya akan mematikan tumbuhan itu. Didaerah yang berkadar garam tinggi hanya hidup tumbuhan tertentu. Misalnya pohon bakau di pantai yang tahan terhadap lingkungan berkadar garam tinggi.
Topografi, artinya keadaan naik turunnya permukaan bumi disuatu daerah. Topografi berkaitan dengan kelembaban, cahaya, suhu, serta keadaan tanah disuatu daerah. Interaksi berbagai faktor itu membentuk lingkungan yang khas. Sebagai contoh keanekaragaman hayati di daerah perbukitan berbeda dengan didaerah datar. Organisme yang hidup di daerah berbukit berbeda dengan daerah datar. Topografi juga mempengaruhi penyebaran mahkluk hidup.
Garis Lintang, berbeda menunjukan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara tidak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme dipermukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa dan di antara dua benua, memiliki curah hujan yang cukup tinggi, rata-rata 200-225 cm/tahun. Dengan curah hujan yang tinggi dan merata, cahaya matahari sepanjang tahun, dan suhu yang cukup hangat dengan suhu rata-rata 270C, Indonesia memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi.









BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah kalkulator, mistar, dan alat tulis menulis.
III.2 Bahan
Dalam percobaan ini, bahan-bahan yang digunakan yaitu kertas grafik A3 2 lembar.
III.3 Cara Kerja
1. Model 1
Diumpamakan disuatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun semua tertua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya.
Asumsi III : Setiap tahun semua keturuna hidup sampai pada musim bertelur berikutnya. (Dalam keadaan sebenarnya beberapa tertua akan hidup dan beberapa keturunannya akan mati. Asumsi I dan III akan saling memberikan suatu keadaan yang seimbang, sehingga akan mengurangi perbedaan antara model yang dibuat dengan keadaaan sebenarnya).
Asumsi IV : Selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
Setelah itu menghitung pertumbuhan populasi pada tahun 2013 sampai 2017 kemudian menggambar grafik pertumbuhannya pada kertas grafik.
2. Model 2
Diumpamakan disuatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun dua perlima dari tertua (jantan dan betina jumlahnya sama) masih dapat mempunyai keturunan lagi untuk kedua kalinya, baru kemudian mati.
Asumsi III : Setiap tahun semua keturunan hidup sampai pada musim bertelur berikutnya. (Dalam keadaan sebenarnya beberapa tertua akan hidup dan beberapa keturunannya akan mati. Asumsi I dan III akan saling memberikan suatu keadaan yang seimbang, sehingga akan mengurangi perbedaan antara model yang dibuat dengan keadaaan sebenarnya).
Asumsi IV : Selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
Setelah itu menghitung pertumbuhan populasi pada tahun 2013 sampai 2017 kemudian menggambar grafik pertumbuhannya pada kertas grafik.




3. Model 3
Diumpamakan disuatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun semua tertua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya.
Asumsi III : Setiap tahun dua perlima dari keturunannya (jantan dan betina jumlahnya sama) mati sebelum musim bertelur.
Asumsi IV : Selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
Setelah itu menghitung pertumbuhan populasi pada tahun 2013 sampai 2017 kemudian menggambar grafik pertumbuhannya pada kertas grafik.
4. Model 4
Diumpamakan disuatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun semua tertua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya.
Asumsi III : Setiap tahun semua keturuna hidup sampai pada musim bertelur berikutnya. (Dalam keadaan sebenarnya beberapa tertua akan hidup dan beberapa keturunannya akan mati. Asumsi I dan III akan saling memberikan suatu keadaan yang seimbang, sehingga akan mengurangi perbedaan antara model yang dibuat dengan keadaaan sebenarnya).
Asumsi IV : Setiap tahun 50 burung gereja baru (jantan dan betina jumlahnya sama) datang ke pulau tersebut dari tempat lainnya. Tidak ada seekor burung yang meninggalkan pulau tersebut.
Setelah itu menghitung pertumbuhan populasi pada tahun 2013 sampai 2017 kemudian menggambar grafik pertumbuhannya pada kertas grafik.









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Rantai Makanan


















Jaring-Jaring Makanan






















Piramida Makanan






















Model Populasi
Model 1
Diumpamakan disuatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun semua tertua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya.
Asumsi III : Setiap tahun semua keturuna hidup sampai pada musim bertelur berikutnya. (Dalam keadaan sebenarnya beberapa tertua akan hidup dan beberapa keturunannya akan mati. Asumsi I dan III akan saling memberikan suatu keadaan yang seimbang, sehingga akan mengurangi perbedaan antara model yang dibuat dengan keadaaan sebenarnya).
Asumsi IV : Selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
Tahun 2013 : 10 ekor (5 pasang)
Asumsi I : 5 x 10 = 50 ekor (25 pasang)
50 + 10 = 60 ekor
Asumsi II : 60 - 10 = 50 ekor
Asumsi III : 50 ekor
Asumsi IV : 50 ekor (25 pasang)
Tahun 2014 : 50 ekor (25 pasang)
Asumsi I : 25 x 10 = 250 ekor (125 pasang)
250 + 50 = 300 ekor
Asumsi II : 300 - 50 = 250 ekor
Asumsi III : 250 ekor
Asumsi IV : 250 ekor (125 pasang)
Tahun 2015 : 250 ekor (125 pasang)
Asumsi I : 125 x 10 = 1.250 ekor
1.250 + 250 = 1.500 ekor
Asumsi II : 1.500 - 250 = 1.250 ekor
Asumsi III : 1.250 ekor
Asumsi IV : 1.250 ekor (625 pasang)
Tahun 2016 : 1.250 ekor (625 pasang)
Asumsi I : 625 x 10 = 6.250 ekor (3.125 pasang)
6.250 + 1.250 = 7.500 ekor
Asumsi II : 7.500 – 1.250= 6.250 ekor
Asumsi III : 6.250 ekor
Asumsi IV : 6.250 ekor (3.125 pasang)
Tahun 2017 : 6.250 ekor (3.125 pasang)
Asumsi I : 3.125 x 10 = 31.250 ekor (15.625 pasang)
31.250 + 6.250 = 37.500 ekor
Asumsi II : 37.500 – 6.250 = 31.250 ekor
Asumsi III : 31.250 ekor
Asumsi IV : 31.250 ekor (15.625 pasang)

Model 2
Diumpamakan disuatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun dua perlima dari tertua (jantan dan betina jumlahnya sama) masih dapat mempunyai keturunan lagi untuk kedua kalinya, baru kemudian mati.
Asumsi III : Setiap tahun semua keturunan hidup sampai pada musim bertelur berikutnya. (Dalam keadaan sebenarnya beberapa tertua akan hidup dan beberapa keturunannya akan mati. Asumsi I dan III akan saling memberikan suatu keadaan yang seimbang, sehingga akan mengurangi perbedaan antara model yang dibuat dengan keadaaan sebenarnya).
Asumsi IV : Selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
Tahun 2013 : 10 ekor (5 pasang)
Asumsi I : 5 x 10 = 50 ekor (25 pasang)
50 + 10 = 60 ekor
Asumsi II : 2/5 x 10 = 4 ekor (hidup)
10 – 4 = 6 ekor (mati)
60 – 6= 54 ekor
Asumsi III : 54 ekor
Asumsi IV : 54 ekor (27 pasang)
Tahun 2014 : 54 ekor (27 pasang)
Asumsi I : 27 x 10 = 270 ekor (135 pasang)
270 + (54 - 4) = 320 ekor
Asumsi II : 2/5 x 50 = 20 ekor (hidup)
50 – 20 = 30 ekor (mati)
320 – 30 = 290 ekor
Asumsi III : 290 ekor
Asumsi IV : 290 ekor (145 pasang)
Tahun 2015 : 290 ekor (145 pasang)
Asumsi I : 145 x 10 = 1.450 ekor (725 pasang)
1.450 + (290 - 20) = 1.720 ekor
Asumsi II : 2/5 x 270 = 108 ekor (hidup)
270 – 108 = 162 ekor (mati)
1.720 – 162 = 1.558 ekor
Asumsi III : 1.558 ekor
Asumsi IV : 1.558 ekor (779 pasang)
Tahun 2016 : 1.558 ekor (779 pasang)
Asumsi I : 779 x 10 = 7.790 ekor (3.895 pasang)
7.790 + (1558 - 108) = 9.240 ekor
Asumsi II : 2/5 x 1450 =580 ekor (hidup)
1.450 – 580 = 870 ekor (mati)
9.240 – 870 = 8.370 ekor
Asumsi III : 8.370 ekor
Asumsi IV : 8.370 ekor (4.185 pasang)
Tahun 2017 : 8.370 ekor (4.185 pasang)
Asumsi I : 4.185 x 10 = 41.850 ekor (20.925 pasang)
41.850 + (8.370 - 580) = 49.640 ekor
Asumsi II : 2/5 x 7.790 = 3.116 ekor (hidup)
7.790 – 3.116 = 4.674 ekor (mati)
49.640 – 4674 = 44.966 ekor
Asumsi III : 44.966 ekor
Asumsi IV : 44.966 ekor (22.483 pasang)
Model 3
Diumpamakan disuatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun semua tertua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya.
Asumsi III : Setiap tahun dua perlima dari keturunannya (jantan dan betina jumlahnya sama) mati sebelum musim bertelur.
Asumsi IV : Selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
Tahun 2013 : 10 ekor (5 pasang)
Asumsi I : 5 x 10 = 50 ekor (25 pasang)
50 + 10 = 60 ekor
Asumsi II : 60 - 10 = 50 ekor
Asumsi III : 2/5 x 50 = 20 ekor (mati) (10 pasang)
50 – 20 = 30 ekor (hidup)
Asumsi IV : 30 ekor (15 pasang)
Tahun 2014 : 30 ekor (15 pasang)
Asumsi I : 15 x 10 = 150 ekor (75 pasang)
150 + 30 = 180 ekor
Asumsi II : 180 - 30 = 150 ekor
Asumsi III : 2/5 x 150 = 60 ekor (mati) (30 pasang)
150 – 60 = 90 ekor (hidup)
Asumsi IV : 90 ekor (45 pasang)
Tahun 2015 : 90 ekor (45 pasang)
Asumsi I : 45 x 10 = 450 ekor (225 pasang)
450 + 90 = 540 ekor
Asumsi II : 540 – 90 = 450 ekor
Asumsi III : 2/5 x 450 = 180 ekor (mati) (90 pasang)
450 – 180 = 270 ekor (hidup)
Asumsi IV : 270 ekor (135 pasang)
Tahun 2016 : 270 ekor (135 pasang)
Asumsi I : 135 x 10 = 1.350 ekor (675 pasang)
1.350 + 270 = 1.620 ekor
Asumsi II : 1.620 - 270 = 1.350 ekor
Asumsi III : 2/5 x 1.350 = 540 ekor (mati) (270 pasang)
1.350 - 540 = 810 ekor (hidup)
Asumsi IV : 810 ekor (405 pasang)
Tahun 2017 : 810 ekor (405 pasang)
Asumsi I : 405 x 10 = 4.050 ekor (2.025 pasang)
4.050 + 810 = 4.860 ekor
Asumsi II : 4.860 - 810 = 4.050 ekor
Asumsi III : 2/5 x 4.050 = 1.620 ekor (mati) (810 pasang)
4.050 - 1.620 = 2.430 (hidup)
Asumsi IV : 2.430 ekor (1.215 pasang)
Model 4
Diumpamakan disuatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun semua tertua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya.
Asumsi III : Setiap tahun semua keturuna hidup sampai pada musim bertelur berikutnya. (Dalam keadaan sebenarnya beberapa tertua akan hidup dan beberapa keturunannya akan mati. Asumsi I dan III akan saling memberikan suatu keadaan yang seimbang, sehingga akan mengurangi perbedaan antara model yang dibuat dengan keadaaan sebenarnya).
Asumsi IV : Setiap tahun 50 burung gereja baru (jantan dan betina jumlahnya sama) datang ke pulau tersebut dari tempat lainnya. Tidak ada seekor burung yang meninggalkan pulau tersebut.
Tahun 2013 : 10 ekor (5 pasang)
Asumsi I : 5 x 10 = 50 ekor (25 pasang)
50 + 10 = 60 ekor
Asumsi II : 60 - 10 = 50 ekor
Asumsi III : 50 ekor (25 pasang)
Asumsi IV : 50 + 50 = 100 ekor (50 pasang)
Tahun 2014 : 100 ekor (50 pasang)
Asumsi I : 50 x 10 = 500 ekor (250 pasang)
500 + 100 = 600 ekor
Asumsi II : 600 – 100 = 500 ekor
Asumsi III : 500 ekor (250 pasang)
Asumsi IV : 500 + 50 = 550 ekor (275 pasang)
Tahun 2015 : 550 ekor (275 pasang)
Asumsi I : 275 x 10 = 2.750 ekor (1.375 pasang)
2.750 + 550 = 3.300 ekor
Asumsi II : 3.300 - 550 = 2.750 ekor
Asumsi III : 2.750 ekor (1.375 pasang)
Asumsi IV : 2.750 + 50 = 2.800 ekor (1.400 pasang)
Tahun 2016 : 2.800 ekor (1.400 pasang)
Asumsi I : 1.400 x 10 = 14.000 ekor (7.000 pasang)
14.000 + 2.800 = 16.800 ekor
Asumsi II :16.800 – 2.800 = 14.000 ekor
Asumsi III : 14.000 ekor (7.000 pasang)
Asumsi IV : 14.000 + 50 = 14.050 ekor (7.025 pasang)
Tahun 2017 : 14.050 ekor (7.025 pasang)
Asumsi I : 7.025 x 10 = 70.250 ekor (35.125 pasang)
70.250 + 14.050 = 84.300 ekor (35.130 pasang)
Asumsi II :84.300 – 14.050 = 70.250 ekor
Asumsi III : 70.250 ekor (35.125 pasang)
Asumsi IV : 70.250 + 50 = 70.300 ekor (35.150 pasang)











IV.2 Grafik Model Populasi
Model 1

















Model 2


















Model 3


















Model 4


















IV.3 Pembahasan
Individu merupakan organisme tunggal seperti seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia. Populasi adalah sekelompok mahkluk hidup dengan spesies yang sama, yang hidup di suatu wilayah yang sama dalam kurun waktu yang sama pula. Misalnya semua rusa di Isle Royale membentuk suatu populasi, begitu juga dengan pohon-pohon cemara. Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
Komponen abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Sebagian besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya. Pada percobaan ini ada beberapa contoh dari komponen abiotik yaitu tanah, udara, suhu, sinar matahari, angin, dan mineral.
Komponen biotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang hidup (organisme). Komponen biotik adalah suatu komponen yang menyusun suatu ekosistem selain komponen abiotik (tidak bernyawa). Pada percobaan ini ada beberapa contoh dari komponen biotik yaitu Hewan ( Ulat, Serangga, Badak, Rusa, Tapir, Gajah, Burung rangkong, Ayam hutan, Tikus, Ular, Elang dan Harimau. Sedangkan pada tumbuhan (Rerumputan dan pohon), dan bakteri pengurai (detritivores).
Pada rantai makanan terjadi karena adanya proses makan dan dimakan dalam urutan tertentu. Di dalam rantai makanan terdapat produsen, konsumen, dan decomposer. Produsen adalah organisme yang dapat menghasilkan makanan sendiri dalam hal ini yaitu tumbuhan hijau (rumput). Konsumen adalah organisme yang tidak dapat menghasilkan makanan sendiri sehingga untuk dapat bertahan hidup memerlukan organism lain sebagai sumber makanannya, biasa juga disebut sebagai organisme heterotrof. Dekomposer adalah organisme pengurai seperti jamur yang berperan sebagai dekomposer menjadi zat hara yang akan dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang. Pada percobaan ini, rantai makanan yang terjadi adalah rumput-belalang-tikus-ular-cacing. Pada rantai makanan tersebut terjadi proses makan dan dimakan dalam urutan tertentu yaitu rumput dimakan belalang, belalang dimakan tikus, tikus dimakan ular dan jika ular mati akan diuraikan oleh cacing yang berperan sebagai dekomposer menjadi zat hara.
Tiap tingkat dari rantai makanan dalam suatu ekosistem disebut tingkat trofik. Pada tingkat trofik pertama adalah organisme yang mampu menghasilkan zat makanan sendiri yaitu tumbuhan hijau atau organisme autotrof dengan kata lain sering disebut produsen. Organisme yang menduduki tingkat tropik kedua disebut konsumen primer (konsumen I). Konsumen I biasanya diduduki oleh hewan herbivora. Organisme yang menduduki tingkat tropik ketiga disebut konsumen sekunder (Konsumen II), diduduki oleh hewan pemakan daging (karnivora) dan seterusnya. Organisme yang menduduki tingkat tropik tertinggi disebut konsumen puncak. Dengan demikian, pada rantai makanan tersebut dapat dijelaskan bahwa :
Rumput bertindak sebagai produsen.
Belalang sebagai konsumen I (Herbivora)
Tikus sebagai konsumen II (Karnivora)
Ular sebagai konsumen III/konsumen puncak (Karnivora)
Cacing sebagai dekomposer.
Jaring-jaring makanan merupakan peristiwa makan dan dimakan yang lebih kompleks yang merupaka gabungan dari rantai makanan sehingga membentuk jarring - jaring makanan. Kenyataannya dalam suatu ekosistem tidak hanya ada satu rantai makanan karena produsen tidak selalu menjadi sumber makanan bagi satu jenis herbivora. Pada jaring-jaring makanan biasanya terdapat dua atau lebih produsen dan konsumen. Seperti pada jaring-jaring makanan yang ada di atas, jumlah produsen ada dua, yaitu rumput dan pohon, konsumen I yaitu ulat, belalang, badak, rusa, tapir, gajah, burung rangkong, pada konsumen II terdapat ayam hutan dan tikus, serta konsumen puncak yaitu ular, elang, dan harimau. Apabila suatu saat harimau mati maka akan diurai oleh dekomposer atau organisme pengurai.
Berdasarkan gambar piramida, ekosistem dapat seimbang dan terjaga kelestariannya apabila jumlah produsen lebih banyak daripada jumlah konsumen I. Jumlah konsumen I harus lebih banyak daripada konsumen II dan begitu seterusnya. Tiap tingkat dari rantai makanan dalam suatu ekosistem disebut tingkat trofik. Misalnya, tikus pada rantai makan di atas dihilangkan, maka kemungkinan yang akan terjadi adalah jumlah belalang akan meningkat karena tidak ada pemangsanya dan jumlah ular akan menurun karena ular tidak memiliki makanan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, yang terjadi berikutnya adalah belalang akan banyak yang mati karena jumlah rumput tidak mencukupi kebutuhan makan belalang yang jumlahnya semakin banyak.
Pada gambar piramida yang ada di atas, tingkat trofik I di tempati oleh prosdusen yaitu rumput dan pepohonan, tingkat trofik II di tempati oleh konsumen primer yaitu ulat, belalang, badak, rusa, tapir, gajah, dan burung rangkong, tingkat trofik III di tempati oleh ayam hutan dan tikus, dan tingkat trofik IV di tempati oleh konsumen puncak yaitu ular, elang, dan harimau.
Pertumbuhan populasi pada suatu daerah di pengaruhi oleh baberapa hal yaitu natalitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi (pepindahan). Pada model 1, pertumbuhan populasi terus meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan populasinya di pengaruhi oleh mortalitas (kematian) pada seluruh induk burung gereja, dan tidak terjadi migrasi. Pada model 2, pertumbuhan populasi dipengaruhi natalitas (kelahiran) dan mortalitas (kematian) pada induknya . Pada keadaan ini, populasi mengalami peningkatan jumlah yang sedikit karena mortalitas lebih tinggi daripada natalitas, dan tidak terjadi migrasi. Pada model 3, pertumbuhan populasi dipengaruhi oleh mortalitas dan natalitas pada keturunannya. Pertumbuhan populasi pada model ini mengalami perkembangan yang sangat pesat karena jumlah natalitas lebih tinggi daripada mortalitasnya. Pada model 4, jumlah populasi mengalami peningkatan yang disebabkan oleh imigrasi sebanyak 50 ekor pertahun dan tidak terjadi emigrasi, mortalitas, dan natalitas, sehingga jumlah populasi tidak mengalami penurunan.Dari hasil akhir yang didapatkan, faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi adalah imigrasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pertumbuhan populasi dapat tumbuh karena dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain natalitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan imigrasi. Apabila tingkat kelahiran meningkat atau semakin tinggi maka semakin mempercepat pertumbuhan populasi.
2. Di dalam suatu ekosistem terdapat komponen biotik (mahkluk hidup) dan komponen abiotik (lingkungan) yang saling berhubungan untuk menjaga kesimbangan ekosistem. Antar spesies terjadi hubungan berupa peristiwa makan memakan sehingga dalam suatu komunitas terbentuk struktur dimana setiap spesies memilki peran yang berbeda.
V.2 Saran
Dalam melakukan percobaan ini sebaiknya kita teliti dalam menghitung setiap asumsi yang didapat karena jika asumsi awal salah maka akan berpengaruh terhadap asumsi-asumsi selanjutnya. Laboratorium tetap dijaga kebersihannya agar proses praktikum berjalan dengan lancar.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Ekologi. http://Populasi dan Ekosistem.freehostia.com. Diakses pada tanggal 16 April 2013, pukul 20.05 WITA.
Atha, 2011. Rantai Makanan Jaring - Jaring Makanan dan Piramida Makanan. http://athaanakcerdas.blogspot.com/2011/12/rantai-makanan-jaring-jaring-makanan.html. Diakses pada tanggal 18 April 2013, pukul 16.35 WITA.
Auliah, 2012. Definisi Ekologi dan Lingkungan. http://www.caragampang.com/2012/definisiekologidanlingkungan.html. Diakses pada tanggal 18 April 2013, pukul 16.47 WITA.
Bastian, Yolla Martina, 2010. Materi Ekosistem. http://olazone.blogspot.com/2010/html. Diakses pada tanggal 17 April 2013, pukul 21.09 WITA.
Indriyanto, 1982. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.
Purnomo, Agus, 2006. Ekosistem. http://www.slideshare.net/purnomodrs/ekosistem. Diakses pada tanggal 16 April 2013, pukul 19.30 WITA.
Zoer’aini, 1992. Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta.


Laporan Ekologi BioDas

Laporan Ekologi BioDas

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR
PERCOBAAN V
POPULASI KOMUNITAS DAN EKOSISTEM
NAMA : ANDI AFIF AFRIANSYA
NIM : L241 13 319
HARI/TANGGAL PERC : RABU/30 OKTOBER2013
KELOMPOK : 3
ASISTEN : FINNY ALVIONITA







LABORATORIUM BIOLOGI DASAR
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2O13
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Semua organisme yang hidup di alam tidak dapat hidup sendiri melainkan harus selalu berinteraksi baik dengan alam (lingkungan). Organisme hidup dalam sebuah sistem yang dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan biotik dan komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kehidupan semua jenis makhluk hidup sering mempengaruhi, sastra berinteraksi dengan alam membentuk kesatuan disebut ekosistem. Ekosistem juga menunjukkan adanya interaksi bolak balik antara makhluk hidup (biotik) dengan alam (abiotik). lingkungan abiotik secara terus menerus memiliki dampak satu terhadap yang lainnya sehingga menghasilkan suatu hubungan ketergantungan yang kompleks(Indriyanto,1982).
Cabang biologi yang mempelajari ekosistem adalah ekologi, ekologi berasal dari bahasa yunani yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti liana. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya. Dalam ekologi kita akan tahu bahwa makhluk hidup sebagai kesatuan atau system dengan lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasna ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya yaitu faktor abiotik dan biotic. Faktor abiotik antara lain suhu, kelembapan udara, kecepatan angina, intesitas ahaya, PH tanah dan tinggi sereseh (sampah daun). Faktor biotik adalah faktor hidup yang terdiri dari manusia hewan, tumbuhan dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkat-tingkatan organisasi makhluk hidup yaitu populasi, komunikasi dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu system yang menunjukkan kesatuan kompleks (Zoer’aini,1992).
Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi populasi, komunitas, dan ekosistem dan berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan percobaan tentang populasi, komunitas, dan ekosistem.
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
Menggunakan model untuk mengetahui bagaimana suatu populasi dapat tumbuh.
Mempelajari suatu komunitas dengan mengumpulkan data sebanyak mungkin, memeriksa masing-masing spesies, dan untuk mengetahui urutan mana yang paling penting serta mengetahui srtuktur komunitas.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 16 April 2013 pada pukul 11.30-14.30 WITA, bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.





BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Secara harfiah, ekologi berasal dari dua kata dari bahasa Yunani yakni Oikos dan juga Logos. Oikos berarti rumah atau tempat untuk hidup sedangkan logos adalah ilmu. Jadi, bisa disimpulkan bahwa pengertian ekologi secara sederhana adalah ilmu yang mempelajari mahluk hidup di dalam rumahnya, atau bisa juga dikatakan bahwa ekologi adalah ilmu mengenai rumah tangga mahluk hidup. Sebagian ilmuan juga menyepakati bahwa pengertian ekologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan antara organisme dengan lingkungannya. Lebih spesifik lagi, pengertian ekologi bagi sebagian orang adalah ilmu yang mencoba memahami dan mempelajari hubungan antara binatang, tumbuhan, manusia dan juga lingkungannya, bagaimana mereka hidup, dimana mereka hidup, juga mengapa mereka berada di lingkungan tersebut (Auliah, 2012).
Individu merupakan organisme tunggal seperti seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia. Dalam mempertahankan hidup, setiap jenis makhluk hidup dihadapkan pada masalah-masalah hidup yang kritis misalnya, seekor hewan harus mendapatkan makanan, mempertahankan diri terhadap musuh alaminya, serta memelihara anaknya (Indriyanto, 1982).
Populasi adalah sekelompok mahkluk hidup dengan spesies yang sama, yang hidup di suatu wilayah yang sama dalam kurun waktu yang sama pula. Misalnya semua rusa di Isle Royale membentuk suatu populasi, begitu juga dengan pohon-pohon cemara. Ahli ekologi memastikan dan menganalisa jumlah dan pertumbuhan dari populasi serta hubungan antara masing-masing spesies dan kondisi-kondisi lingkungan (Zoer’aini, 1992).
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya. Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Komponen penyusun ekosistem adalah produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivora, karnivora, dan omnivora), dan dekomposer/pengurai (mikroorganisme) (Anonim, 2010).
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem adalah suatu komunitas tumbuhan, hewan dan mikroorganisme beserta lingkungan non-hayati yang dinamis dan kompleks, serta saling berinteraksi sebagai suatu unit yang fungsional (Zoer’aini, 1992).
Ekosistem terbentuk karena adanya komunitas, suatu sistem yang hidup dan tumbuh sekaligus sebagai sistem, dan dinamis. Komunitas hutan merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh karena komunitas itu terbentuk secara berangsur-angsur melalui beberapa tahap invansi oleh tumbuhan, adaptasi, dan stabilisi. Perubahan dalam komunitas selalu terjadi bahkan dalam komunitas hutan yang stabilpun selalu terjadi perubahan, misalnya pohon-pohon yang sudah tua mengalami tumbang dan mati. Terjadilah perbukaan atau tajuk hutan, sehingga sinar matahari dapat masuk ke lapisan tajuk bagian bawah maka anak pohon dapat tumbuh dengan baik sehingga menyusun lapisan tajuk atasnya kembali. suatu ekosistem adalah tingkatan yang sangat luas dlam suatu wilayah tertentu dan faktor abiotik yang membentuk lingkungan fisikanya. Energi mengalir melalui ekosistem dan zat kimia bersiklus ekosistem; proses yang saling berhubungan ini terjadi melalui transfer zat-zat nutien melalui hubungan saling makan memakan. Spesies dalam suatu ekosistem terbagi menjadi tingkat terostik (pengambilan makanan) yang berbeda-beda yang bergabung pada sumber nutrient utamanya oraganisme auto trost adalah produsen primer; organisme heterios adalah konsumen. Herbivora adalah konsumen primer yang terutama atau secara ekslusif memakan organisme autotrof (Indriyanto, 1982).
Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan antara makhluk hidup dengan urutan tertentu. Dalam rantai makanan ada makhluk hidup yang berperan sebagai konsumen, dan produsen. Jaring- jaring makanan yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Jaring-jaring makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya. Piramida makanan adalah suatu piramida yang menggambarkan perbandingan komposisi jumlah biomassa dan energi dari produsen sampai konsumen puncak dalam suatu ekosistem. Komposisi biomassa terbesar terdapat pada produsen yang menempati dasar piramida. Demikian pula jumlah energi terbesar terdapat pada dasar piramida. Komposisi biomassa dan energi ini semakin ke atas semakin kecil karena selama proses perpindahan energi terjadi penyusutan jumlah energi pada setiap tingkat trofik (Atha, 2011).
Contoh ekosistem yaitu ekosistem aquarium yang merupakan ekosistem buatan yang mana didalanya terdapat berbagai komponen-komponen abiotik dan biotik. Komponen biotik sendiri terdiri dari ikan, lumut atauka terumbu karang dan komponen abiotiknya terdiri dari air, batu, oksigen. Yang mana semua komponen biotik dan abiotik ini dalam aqurium saling membutuhkan atauka ada hubungan antara abiotik dengan biotik. Contohnya saja ikan yang ada dalam aqurium tersebut membutuhkan makanan dan oksigen dari terumbu karang atauka lumut dan tentunya air yang paling pokok yaitu sebagai tempat tinggalnya. Serta komponen komponen lainnya seperti batu yang menjadi tempat untuk tumbuhnya lumut-lumut yang mana limut-lumut tersebut dapat dimakan oleh ikan (Anonim, 2010).
Di dalam ekosistem setiap organisme mempunyai kedudukan tugas dan fungsi tertentu. Fungsi atau kedudukan organisme didalam ekosistem disebut nisia. Berdasarkan nisianya organisme dapat dibedakan menjadi tiga yaitu (Indriyanto, 1982) :
Produsen merupakan organisme yang mampu menghasilkan zat makanan, contohnya : tumbuhan hijau atau klorofil, di dalam hutan way kanan tersebut yang termasuk produsen seperti: soka, sempur, gandaria, plangas dan lain-lain. Mereka di katakana produsen karena memiliki zat hijau daun dan klorofil, sehingga mereka bias membuat cadangan makanan untuk mahkluk hidup lain.
Konsumen merupakan organisme yang tidak dapat menyusun zat makanan sendiri melainkan memakan dari organisme lain. Contohnya: tumbuhan, hewan atau sisa-sisa organisme lain dalam penelitian kami di hutan way kanan yang termasuk konsumen adalah: tupai, burung dan babui hutan. Di sini tupai memakan buah-buahan dan burung juga memakan buah dan biji-biji dari buah yang ada di dalam hutan way tersebut. Untuk babi hutan ia memakan rumput yang ada di lingkungan sekitar. Mereka semua (tupai, burung dan babi hutan) termasuk dalam konsumen I, karena mereka makan langsung mengambil dari produser, untuk konsumen II dan III, kelompok kami tidak menemukannya.
Dekomposer merupakan komponen biotic yng berfungsi menguraikan bahan orgnik yng berasal dari organisme ynag telah mati taupun hasil pembuangan sisa pencernaan. Di sini dikawasan hutan way kanan yang termasuk dalam pengurai adalah : lumut, jamur, cacing dan rayap. Sebagai contoh : rayap menguraikan kayu yang rapuh, cacing menguraikan daun-daun yang berguguran serta sisa-sisa pencernaan atau hasil pembuangan dari sisa mahluk hidup agar menjadikan tanah semakin subur karena mengandung banyak oksigen.
Di daerah tropik yang lembab dan panas dekomposer berjalan sangat cepat, bila dibarengi curah hujan yang tinggi, maka hasil dekomposisi akan cepat hilang di bawa air tanah ke tempat lain. Ini berarti suatu kebocoran ekosistem, kesuburan hilang padahal cadangan dalam tanah tidak ada. Tetapi ada bagian tanah lapisan atas tersebar rapat akar-akar halus atau bulu akar pohon-pohonan yang siap dengan cepat hara makanan dalam larutan dalam air tanah. Penyerapan ini juga dibantu dengan hadirnya jamur yang bersimbiosis dengan pohon dan membentuk mikrorisa pada akar. Tidak jarang pula akar bulu dan miselium (benang-benang badan jamur) menembus langsung pada daun-daun mati yang mengalami dekomposisi. Dengan cara itulah hara yang di lepas oleh proses dekoposisi dengan cepat di serap dan di kembalikan ke dalam tubuh pohon untuk disintesis menjadi bahan yan lebih kompleks dan membentuk tubuh pohon itu lagi. Dengan demikian kemungkinan hara makanan hilang kelinkungan lain dapat dicegah (Bastian, 2010).
Energi yang diperlukan untuk semua tingkatan fotosintesis itu disediakan oleh sinar matahari yang dipakai oleh tumbuhan hijau diam sintesis bahan organik tumbuhan hijau sebagai produsen membuat bahan organic. Produsen menyediakan makanan bagi konsumen primer (herbivora) dan herbivora menyediakan amakanan bagi koneumen skunder (karnivora). Perbedaan tingkat nutrisional dalam rantai makanan menuju kepada tingkatan-tingkatan tropis (tropisme). Dalam keperluannya akan energi tingkatan tropis tertentu bergantung pada tingkat sebelumnya, oleh sebab itu ada energi yang hilang dari tingkat satu ke tingkat berikutnya. Aktivitas metabolik semua organisme itu ditambah aksi kerja decomposer (pengurai) bangkai hewan membebaskan kembali senyawa-senyawa organic itu dipakai legi oleh produsen dalam membuat bahan organic baru, jadi dalam ekosistem itu terdapat siklus biokimia (Purnomo, 2006).
Dalam ekosistem selalu terjadi bentuk-bentuk hubungan antara individu dalam satu spesies maupun lain spesies atau bentuk hubungan antarpopulasi dalam komunitas, maupun interaksi antara komponen biotik dan abiotik. Baik hubungan yang saling menguntngkan atau ada yang dirugikan (Bastian, 2010).
1. Interaksi antar populasi
a. Parasitisme, merupakan bentuk interaksi dimana satu organisme diuntungkan, sedangkan organisme yang satunya dirugikan. Pada hubungan ini, satu organisme akan mengeksploitasi organisme lainnya. Organisme yang di tempati parasit disebut inang atau hospes. Berdasarkan tempat hidup parasit pada inang dapat dibedakan menjadi 2 yaitu endoparasit dan ektoparasit. Endoparasit adalah parasit yang hidup dalam tubuh inang sedangkan ektoparasit adalah parasit yang hidup di luar tubuh inangnya. Berdasarkan kebutuhan makanannya interaksi parasitisme dibedakan menjadi semi parasit dan parasit obligat. Semi parasit adalah parasit yang mengambil makanan masih dalam bentuk anorganik dari tubuh inangnya, sedangkan parasit obligat adalah parasit yang menyerap bahan organik secara langsung dari inangnya.
b. Komensalisme, merupakan interaksi dimana organisme yang satu diuntungkan dan organisme yang lain tidak terpengaruh secara berarti. Contohnya hubungan antara penyu atau ikan hiu dengan ikan remora. Ikan remora mendapat sisa-sisa makanan dari hiu.
c. Mutualisme, merupakan interaksi kedua organisme yang bersangkutan saling mendapatkan keuntungan. Contohnya adalah kupu-kupu dan tumbuhan berbunga, kupu-kupu mendapatkan makanan dari tumbuhan berbunga, sedangkan tumbuhan bunga dibantu dalam proses penyerbukannya.
d. Predasi, merupakan hubungan antara pemangsa dan mangsanya. Spesies pemangsa (predator) biasanya lebih besar daripada mangsanya. Hubungan ini sangat kuat karena jika tidak ada mangsa maka pemangsa tidak dapat hidup tetapi jika tidak ada pemangsa,mangsa akan mengalami ledakan populasi.
e. Kompetisi (persaingan), merupakan hubungan ini terjadi karena organisme selalu memerlukan makanan dan ruang untuk melangsungkan hidupnya. Jika organisme mempunyai habitat yang sama maka akan terjadi kompetisi.
f. Sosial, merupakan hubungan ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari pada manusia yang saling membantu dan menolong.
g. Netral, merupakan hubungan antara individu maupun antara populasi dapat terjadi interaksi yang tidak jelas terlihat, baik yang menguntungkan atau yang bersifat merugikan, meskipun mereka ada dalam satu tempat. Contohnya pada kupu-kupu dan belalang atau kambing dengan ayam.
h. Alelopati, merupakan hubungan atau interaksi antarorganisme, yang mana keberadaan satu organisme dapat menghambat pertumbuhan atau perkembangan organisme lainnya melalui pelepasan toksin atu racun.
2. Interaksi antarkomponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubungan antara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi. Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru.
Suatu ekosistem adalah tingkatan yang sangat luas dlam suatu wilayah tertentu dan faktor abiotik yang membentuk lingkungan fisikanya. Energi mengalir melalui ekosistem dan zat kimia bersiklus ekosistem, proses yang saling berhubungan ini terjadi melalui hubungan saling makan memakan. Spesies dalam suatu ekosistem terbagi menjadi tingkat trofik (pengambilan makanan) yang berbeda-beda yang bergabung pada sumber nutrient utamanya oraganisme autotrof adalah produsen primer dan organisme heterotrof adalah konsumen. Herbivora adalah konsumen primer yang terutama atau secara ekslusif memakan organisme autotrof (Zoer’aini, 1992).
Komponen abiotik itu sendiri terdiri dari beberapa, yaitu (Bastian,2010) :
Tanah, tempat dimana manusia tinggal dan berpijak adalah tanah. Manusia dapat beraktifitas, membangun rumah, gedung, bahkan bercocok tanam. Tanah juga ditempati oleh komponen biotik seperti tumbuhan dan hewan yang melakukan aktifitasnya setiap hari.
Suhu atau temperatur, pada umumnya mahkluk hidup rata-rata dapat bertahan hidup hanya pada kisaran suhu 00C–400C. hanya mahkluk hidup tertentu saja yang dapat hidup dibawah 00C atau diatas 400C. Hewan berdarah panas mampu hidup pada suhu dibawah titik beku karena memiliki bulu dan memiliki suhu tubuh yang konstan (tetap). Suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Temperatur lingkungan adalah ukuran dari intensitas panas dalam unit standar dan biasanya diekspresikan dalam skala derajat celsius. Secara umum, temperatur udara adalah faktor bioklimat tunggal yang penting dalam lingkungan fisik ternak. Supaya ternak dapat hidup nyaman dan proses fisiologi dapat berfungsi normal, dibutuhkan temperatur lingkungan yang sesuai. Banyak spesies ternak membutuhkan temperatur nyaman 13 – 18 oC atau Temperature Humidity Index (THI) < 72. Keadaan pergerakan molekul ditentukan oleh temperatur atau suhu. Makin tinggi suhu, maka akan mepercepat proses kehilangan air dari tanaman dan sebaliknya.Selama musim hujan, rata-rata temperatur udara lebih rendah, sedangkan kelembaban tinggi dibanding pada musim panas. Jumlah dan pola curah hujan adalah faktor penting untuk produksi tanaman dan dapat dimanfaatkan untuk suplai makanan bagi ternak.
Kelembaban, tingkat basah pada suatu benda yang di pengaruhi oleh suhu yang terbentuk secara alami buan campir tangan manusia.
Sinar atau cahaya matahari, mempengaruhi sistem secara global, karena sinar matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis. Radiasi matahari dalam suatu lingkungan berasal dari dua sumber utama:Temperatur matahari yang tinggi dan radiasi termal dari tanah, pohon, awan dan atmosfir. Petunjuk variasi dan kecepatan radiasi matahari, penting untuk mendesain perkandangan ternak, karena dapat mempengaruhi proses fisiologi ternak. Lingkungan termal adalah ruang empat dimensi yang sesuai ditempati ternak. Mamalia dapat bertahan hidup dan berkembang pada suatu lingkungan termal yang tidak disukai, tergantung pada kemampuan ternak itu sendiri dalam menggunakan mekanisme fisiologis dan tingkah laku secara efisien untuk mempertahankan keseimbangan panas di antara tubuhnya dan lingkungan.
Air, sekitar 80-90 % tubuh mahkluk hidup tersusun atas air. Zat ini digunakan sebagai pelarut di dalam sitoplasma, untuk menjaga tekanan osmosis sel, dan mencegah sel dari kekeringan. Air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan dan penyebaran biji, bagi hewan dan manusia air diperlukan untuk minum dan sarana hidup lain seperti transportasi bagi manusia dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain misalnya tanah dan batuan, air digunakan sebagai pelarut dan pelapuk.
Udara, selain berperan dalam menentukan kelembaban, angin juga berperan sebagai penyebaran biji tumbuhan tertentu. angin diturunkan oleh pola tekanan yang luas dalam atmosfir yang berhubungan dengan sumber panas atau daerah panas dan dingin pada atmosfir. Kecepatan angin selalu diukur pada ketinggian tempat ternak berada. Hal ini penting karena transfer panas melalui konveksi dan evaporasi di antara ternak dan lingkungannya dipengaruhi oleh kecepatan angin.Udara di atmosfer tersusun atas nitrogen (N2 78%), oksigen (O2, 21 %), karbon dioksida (CO2,0,03 %), dan gas lainnya. Jadi gas nitrogen merupakan penyusun udara terbesar di atmosfer bumi.
Mineral, yang diperlukan tumbuhan misalnya belerang (S), fosfat (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), besi (fe), natrium (Na), dan khlor (Cl). Mineral-mineral itu diperoleh tumbuhan dalam bentuk ion-ion yang larut didalam air tanah. Mineral tersebut digunakan untuk berlangsungnya metabolisme tubuh dan untuk penyusun tubuh. Hewan dan manusia pun memerlukan mineral untuk penyusun tubuh dan reaksi-reaksi metabolismenya. Selain itu, mineral juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa dan mengatur fungsi fsikologi (faal) tubuh.
Keasaman [pH], juga berpengaruh terhadap mahkluk hidup. Biasanya mahkluk hidup memerlukan lingkungan yang memiliki PH netral. Mahkluk hidup tidak dapat hidup di lingkungan yang terlalu asam atau basa. Sebagai contoh tanah di Kalimantan yang umumnya bersifat asam memiliki keanekaragaman yang rendah dibandingkan dengan didaerah lain yang tanahnya netral. Tanah di Kalimantan bersifat asam karena tersusun atas gambut. Oleh karena itu sulit dijadikan areal pertanian jika tidak diolah dan dinetralkan terlebih dahulu. Tanah yang bersifat asam dapat dinetralkan dengan diberikan bubuk kapur. Tanah berhumus seringkali bersifat asam. Tanah berkapur seringkali bersifat basa. Tanah bersifat basa dapat dinetralkan dengan diberi bubuk belerang.
Kadar Garam [Salinitas], jika kadar garam tinggi, sel-sel akar tumbuhan akan mati dan akhirnya akan mematikan tumbuhan itu. Didaerah yang berkadar garam tinggi hanya hidup tumbuhan tertentu. Misalnya pohon bakau di pantai yang tahan terhadap lingkungan berkadar garam tinggi.
Topografi, artinya keadaan naik turunnya permukaan bumi disuatu daerah. Topografi berkaitan dengan kelembaban, cahaya, suhu, serta keadaan tanah disuatu daerah. Interaksi berbagai faktor itu membentuk lingkungan yang khas. Sebagai contoh keanekaragaman hayati di daerah perbukitan berbeda dengan didaerah datar. Organisme yang hidup di daerah berbukit berbeda dengan daerah datar. Topografi juga mempengaruhi penyebaran mahkluk hidup.
Garis Lintang, berbeda menunjukan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara tidak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme dipermukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa dan di antara dua benua, memiliki curah hujan yang cukup tinggi, rata-rata 200-225 cm/tahun. Dengan curah hujan yang tinggi dan merata, cahaya matahari sepanjang tahun, dan suhu yang cukup hangat dengan suhu rata-rata 270C, Indonesia memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi.









BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah kalkulator, mistar, dan alat tulis menulis.
III.2 Bahan
Dalam percobaan ini, bahan-bahan yang digunakan yaitu kertas grafik A3 2 lembar.
III.3 Cara Kerja
1. Model 1
Diumpamakan disuatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun semua tertua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya.
Asumsi III : Setiap tahun semua keturuna hidup sampai pada musim bertelur berikutnya. (Dalam keadaan sebenarnya beberapa tertua akan hidup dan beberapa keturunannya akan mati. Asumsi I dan III akan saling memberikan suatu keadaan yang seimbang, sehingga akan mengurangi perbedaan antara model yang dibuat dengan keadaaan sebenarnya).
Asumsi IV : Selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
Setelah itu menghitung pertumbuhan populasi pada tahun 2013 sampai 2017 kemudian menggambar grafik pertumbuhannya pada kertas grafik.
2. Model 2
Diumpamakan disuatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun dua perlima dari tertua (jantan dan betina jumlahnya sama) masih dapat mempunyai keturunan lagi untuk kedua kalinya, baru kemudian mati.
Asumsi III : Setiap tahun semua keturunan hidup sampai pada musim bertelur berikutnya. (Dalam keadaan sebenarnya beberapa tertua akan hidup dan beberapa keturunannya akan mati. Asumsi I dan III akan saling memberikan suatu keadaan yang seimbang, sehingga akan mengurangi perbedaan antara model yang dibuat dengan keadaaan sebenarnya).
Asumsi IV : Selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
Setelah itu menghitung pertumbuhan populasi pada tahun 2013 sampai 2017 kemudian menggambar grafik pertumbuhannya pada kertas grafik.




3. Model 3
Diumpamakan disuatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun semua tertua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya.
Asumsi III : Setiap tahun dua perlima dari keturunannya (jantan dan betina jumlahnya sama) mati sebelum musim bertelur.
Asumsi IV : Selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
Setelah itu menghitung pertumbuhan populasi pada tahun 2013 sampai 2017 kemudian menggambar grafik pertumbuhannya pada kertas grafik.
4. Model 4
Diumpamakan disuatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun semua tertua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya.
Asumsi III : Setiap tahun semua keturuna hidup sampai pada musim bertelur berikutnya. (Dalam keadaan sebenarnya beberapa tertua akan hidup dan beberapa keturunannya akan mati. Asumsi I dan III akan saling memberikan suatu keadaan yang seimbang, sehingga akan mengurangi perbedaan antara model yang dibuat dengan keadaaan sebenarnya).
Asumsi IV : Setiap tahun 50 burung gereja baru (jantan dan betina jumlahnya sama) datang ke pulau tersebut dari tempat lainnya. Tidak ada seekor burung yang meninggalkan pulau tersebut.
Setelah itu menghitung pertumbuhan populasi pada tahun 2013 sampai 2017 kemudian menggambar grafik pertumbuhannya pada kertas grafik.









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Rantai Makanan


















Jaring-Jaring Makanan






















Piramida Makanan






















Model Populasi
Model 1
Diumpamakan disuatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun semua tertua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya.
Asumsi III : Setiap tahun semua keturuna hidup sampai pada musim bertelur berikutnya. (Dalam keadaan sebenarnya beberapa tertua akan hidup dan beberapa keturunannya akan mati. Asumsi I dan III akan saling memberikan suatu keadaan yang seimbang, sehingga akan mengurangi perbedaan antara model yang dibuat dengan keadaaan sebenarnya).
Asumsi IV : Selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
Tahun 2013 : 10 ekor (5 pasang)
Asumsi I : 5 x 10 = 50 ekor (25 pasang)
50 + 10 = 60 ekor
Asumsi II : 60 - 10 = 50 ekor
Asumsi III : 50 ekor
Asumsi IV : 50 ekor (25 pasang)
Tahun 2014 : 50 ekor (25 pasang)
Asumsi I : 25 x 10 = 250 ekor (125 pasang)
250 + 50 = 300 ekor
Asumsi II : 300 - 50 = 250 ekor
Asumsi III : 250 ekor
Asumsi IV : 250 ekor (125 pasang)
Tahun 2015 : 250 ekor (125 pasang)
Asumsi I : 125 x 10 = 1.250 ekor
1.250 + 250 = 1.500 ekor
Asumsi II : 1.500 - 250 = 1.250 ekor
Asumsi III : 1.250 ekor
Asumsi IV : 1.250 ekor (625 pasang)
Tahun 2016 : 1.250 ekor (625 pasang)
Asumsi I : 625 x 10 = 6.250 ekor (3.125 pasang)
6.250 + 1.250 = 7.500 ekor
Asumsi II : 7.500 – 1.250= 6.250 ekor
Asumsi III : 6.250 ekor
Asumsi IV : 6.250 ekor (3.125 pasang)
Tahun 2017 : 6.250 ekor (3.125 pasang)
Asumsi I : 3.125 x 10 = 31.250 ekor (15.625 pasang)
31.250 + 6.250 = 37.500 ekor
Asumsi II : 37.500 – 6.250 = 31.250 ekor
Asumsi III : 31.250 ekor
Asumsi IV : 31.250 ekor (15.625 pasang)

Model 2
Diumpamakan disuatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun dua perlima dari tertua (jantan dan betina jumlahnya sama) masih dapat mempunyai keturunan lagi untuk kedua kalinya, baru kemudian mati.
Asumsi III : Setiap tahun semua keturunan hidup sampai pada musim bertelur berikutnya. (Dalam keadaan sebenarnya beberapa tertua akan hidup dan beberapa keturunannya akan mati. Asumsi I dan III akan saling memberikan suatu keadaan yang seimbang, sehingga akan mengurangi perbedaan antara model yang dibuat dengan keadaaan sebenarnya).
Asumsi IV : Selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
Tahun 2013 : 10 ekor (5 pasang)
Asumsi I : 5 x 10 = 50 ekor (25 pasang)
50 + 10 = 60 ekor
Asumsi II : 2/5 x 10 = 4 ekor (hidup)
10 – 4 = 6 ekor (mati)
60 – 6= 54 ekor
Asumsi III : 54 ekor
Asumsi IV : 54 ekor (27 pasang)
Tahun 2014 : 54 ekor (27 pasang)
Asumsi I : 27 x 10 = 270 ekor (135 pasang)
270 + (54 - 4) = 320 ekor
Asumsi II : 2/5 x 50 = 20 ekor (hidup)
50 – 20 = 30 ekor (mati)
320 – 30 = 290 ekor
Asumsi III : 290 ekor
Asumsi IV : 290 ekor (145 pasang)
Tahun 2015 : 290 ekor (145 pasang)
Asumsi I : 145 x 10 = 1.450 ekor (725 pasang)
1.450 + (290 - 20) = 1.720 ekor
Asumsi II : 2/5 x 270 = 108 ekor (hidup)
270 – 108 = 162 ekor (mati)
1.720 – 162 = 1.558 ekor
Asumsi III : 1.558 ekor
Asumsi IV : 1.558 ekor (779 pasang)
Tahun 2016 : 1.558 ekor (779 pasang)
Asumsi I : 779 x 10 = 7.790 ekor (3.895 pasang)
7.790 + (1558 - 108) = 9.240 ekor
Asumsi II : 2/5 x 1450 =580 ekor (hidup)
1.450 – 580 = 870 ekor (mati)
9.240 – 870 = 8.370 ekor
Asumsi III : 8.370 ekor
Asumsi IV : 8.370 ekor (4.185 pasang)
Tahun 2017 : 8.370 ekor (4.185 pasang)
Asumsi I : 4.185 x 10 = 41.850 ekor (20.925 pasang)
41.850 + (8.370 - 580) = 49.640 ekor
Asumsi II : 2/5 x 7.790 = 3.116 ekor (hidup)
7.790 – 3.116 = 4.674 ekor (mati)
49.640 – 4674 = 44.966 ekor
Asumsi III : 44.966 ekor
Asumsi IV : 44.966 ekor (22.483 pasang)
Model 3
Diumpamakan disuatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun semua tertua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya.
Asumsi III : Setiap tahun dua perlima dari keturunannya (jantan dan betina jumlahnya sama) mati sebelum musim bertelur.
Asumsi IV : Selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut.
Tahun 2013 : 10 ekor (5 pasang)
Asumsi I : 5 x 10 = 50 ekor (25 pasang)
50 + 10 = 60 ekor
Asumsi II : 60 - 10 = 50 ekor
Asumsi III : 2/5 x 50 = 20 ekor (mati) (10 pasang)
50 – 20 = 30 ekor (hidup)
Asumsi IV : 30 ekor (15 pasang)
Tahun 2014 : 30 ekor (15 pasang)
Asumsi I : 15 x 10 = 150 ekor (75 pasang)
150 + 30 = 180 ekor
Asumsi II : 180 - 30 = 150 ekor
Asumsi III : 2/5 x 150 = 60 ekor (mati) (30 pasang)
150 – 60 = 90 ekor (hidup)
Asumsi IV : 90 ekor (45 pasang)
Tahun 2015 : 90 ekor (45 pasang)
Asumsi I : 45 x 10 = 450 ekor (225 pasang)
450 + 90 = 540 ekor
Asumsi II : 540 – 90 = 450 ekor
Asumsi III : 2/5 x 450 = 180 ekor (mati) (90 pasang)
450 – 180 = 270 ekor (hidup)
Asumsi IV : 270 ekor (135 pasang)
Tahun 2016 : 270 ekor (135 pasang)
Asumsi I : 135 x 10 = 1.350 ekor (675 pasang)
1.350 + 270 = 1.620 ekor
Asumsi II : 1.620 - 270 = 1.350 ekor
Asumsi III : 2/5 x 1.350 = 540 ekor (mati) (270 pasang)
1.350 - 540 = 810 ekor (hidup)
Asumsi IV : 810 ekor (405 pasang)
Tahun 2017 : 810 ekor (405 pasang)
Asumsi I : 405 x 10 = 4.050 ekor (2.025 pasang)
4.050 + 810 = 4.860 ekor
Asumsi II : 4.860 - 810 = 4.050 ekor
Asumsi III : 2/5 x 4.050 = 1.620 ekor (mati) (810 pasang)
4.050 - 1.620 = 2.430 (hidup)
Asumsi IV : 2.430 ekor (1.215 pasang)
Model 4
Diumpamakan disuatu pulau pada tahun 2013 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan dan betina).
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
Asumsi II : Setiap tahun semua tertua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya.
Asumsi III : Setiap tahun semua keturuna hidup sampai pada musim bertelur berikutnya. (Dalam keadaan sebenarnya beberapa tertua akan hidup dan beberapa keturunannya akan mati. Asumsi I dan III akan saling memberikan suatu keadaan yang seimbang, sehingga akan mengurangi perbedaan antara model yang dibuat dengan keadaaan sebenarnya).
Asumsi IV : Setiap tahun 50 burung gereja baru (jantan dan betina jumlahnya sama) datang ke pulau tersebut dari tempat lainnya. Tidak ada seekor burung yang meninggalkan pulau tersebut.
Tahun 2013 : 10 ekor (5 pasang)
Asumsi I : 5 x 10 = 50 ekor (25 pasang)
50 + 10 = 60 ekor
Asumsi II : 60 - 10 = 50 ekor
Asumsi III : 50 ekor (25 pasang)
Asumsi IV : 50 + 50 = 100 ekor (50 pasang)
Tahun 2014 : 100 ekor (50 pasang)
Asumsi I : 50 x 10 = 500 ekor (250 pasang)
500 + 100 = 600 ekor
Asumsi II : 600 – 100 = 500 ekor
Asumsi III : 500 ekor (250 pasang)
Asumsi IV : 500 + 50 = 550 ekor (275 pasang)
Tahun 2015 : 550 ekor (275 pasang)
Asumsi I : 275 x 10 = 2.750 ekor (1.375 pasang)
2.750 + 550 = 3.300 ekor
Asumsi II : 3.300 - 550 = 2.750 ekor
Asumsi III : 2.750 ekor (1.375 pasang)
Asumsi IV : 2.750 + 50 = 2.800 ekor (1.400 pasang)
Tahun 2016 : 2.800 ekor (1.400 pasang)
Asumsi I : 1.400 x 10 = 14.000 ekor (7.000 pasang)
14.000 + 2.800 = 16.800 ekor
Asumsi II :16.800 – 2.800 = 14.000 ekor
Asumsi III : 14.000 ekor (7.000 pasang)
Asumsi IV : 14.000 + 50 = 14.050 ekor (7.025 pasang)
Tahun 2017 : 14.050 ekor (7.025 pasang)
Asumsi I : 7.025 x 10 = 70.250 ekor (35.125 pasang)
70.250 + 14.050 = 84.300 ekor (35.130 pasang)
Asumsi II :84.300 – 14.050 = 70.250 ekor
Asumsi III : 70.250 ekor (35.125 pasang)
Asumsi IV : 70.250 + 50 = 70.300 ekor (35.150 pasang)











IV.2 Grafik Model Populasi
Model 1

















Model 2


















Model 3


















Model 4


















IV.3 Pembahasan
Individu merupakan organisme tunggal seperti seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia. Populasi adalah sekelompok mahkluk hidup dengan spesies yang sama, yang hidup di suatu wilayah yang sama dalam kurun waktu yang sama pula. Misalnya semua rusa di Isle Royale membentuk suatu populasi, begitu juga dengan pohon-pohon cemara. Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
Komponen abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Sebagian besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya. Pada percobaan ini ada beberapa contoh dari komponen abiotik yaitu tanah, udara, suhu, sinar matahari, angin, dan mineral.
Komponen biotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang hidup (organisme). Komponen biotik adalah suatu komponen yang menyusun suatu ekosistem selain komponen abiotik (tidak bernyawa). Pada percobaan ini ada beberapa contoh dari komponen biotik yaitu Hewan ( Ulat, Serangga, Badak, Rusa, Tapir, Gajah, Burung rangkong, Ayam hutan, Tikus, Ular, Elang dan Harimau. Sedangkan pada tumbuhan (Rerumputan dan pohon), dan bakteri pengurai (detritivores).
Pada rantai makanan terjadi karena adanya proses makan dan dimakan dalam urutan tertentu. Di dalam rantai makanan terdapat produsen, konsumen, dan decomposer. Produsen adalah organisme yang dapat menghasilkan makanan sendiri dalam hal ini yaitu tumbuhan hijau (rumput). Konsumen adalah organisme yang tidak dapat menghasilkan makanan sendiri sehingga untuk dapat bertahan hidup memerlukan organism lain sebagai sumber makanannya, biasa juga disebut sebagai organisme heterotrof. Dekomposer adalah organisme pengurai seperti jamur yang berperan sebagai dekomposer menjadi zat hara yang akan dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang. Pada percobaan ini, rantai makanan yang terjadi adalah rumput-belalang-tikus-ular-cacing. Pada rantai makanan tersebut terjadi proses makan dan dimakan dalam urutan tertentu yaitu rumput dimakan belalang, belalang dimakan tikus, tikus dimakan ular dan jika ular mati akan diuraikan oleh cacing yang berperan sebagai dekomposer menjadi zat hara.
Tiap tingkat dari rantai makanan dalam suatu ekosistem disebut tingkat trofik. Pada tingkat trofik pertama adalah organisme yang mampu menghasilkan zat makanan sendiri yaitu tumbuhan hijau atau organisme autotrof dengan kata lain sering disebut produsen. Organisme yang menduduki tingkat tropik kedua disebut konsumen primer (konsumen I). Konsumen I biasanya diduduki oleh hewan herbivora. Organisme yang menduduki tingkat tropik ketiga disebut konsumen sekunder (Konsumen II), diduduki oleh hewan pemakan daging (karnivora) dan seterusnya. Organisme yang menduduki tingkat tropik tertinggi disebut konsumen puncak. Dengan demikian, pada rantai makanan tersebut dapat dijelaskan bahwa :
Rumput bertindak sebagai produsen.
Belalang sebagai konsumen I (Herbivora)
Tikus sebagai konsumen II (Karnivora)
Ular sebagai konsumen III/konsumen puncak (Karnivora)
Cacing sebagai dekomposer.
Jaring-jaring makanan merupakan peristiwa makan dan dimakan yang lebih kompleks yang merupaka gabungan dari rantai makanan sehingga membentuk jarring - jaring makanan. Kenyataannya dalam suatu ekosistem tidak hanya ada satu rantai makanan karena produsen tidak selalu menjadi sumber makanan bagi satu jenis herbivora. Pada jaring-jaring makanan biasanya terdapat dua atau lebih produsen dan konsumen. Seperti pada jaring-jaring makanan yang ada di atas, jumlah produsen ada dua, yaitu rumput dan pohon, konsumen I yaitu ulat, belalang, badak, rusa, tapir, gajah, burung rangkong, pada konsumen II terdapat ayam hutan dan tikus, serta konsumen puncak yaitu ular, elang, dan harimau. Apabila suatu saat harimau mati maka akan diurai oleh dekomposer atau organisme pengurai.
Berdasarkan gambar piramida, ekosistem dapat seimbang dan terjaga kelestariannya apabila jumlah produsen lebih banyak daripada jumlah konsumen I. Jumlah konsumen I harus lebih banyak daripada konsumen II dan begitu seterusnya. Tiap tingkat dari rantai makanan dalam suatu ekosistem disebut tingkat trofik. Misalnya, tikus pada rantai makan di atas dihilangkan, maka kemungkinan yang akan terjadi adalah jumlah belalang akan meningkat karena tidak ada pemangsanya dan jumlah ular akan menurun karena ular tidak memiliki makanan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, yang terjadi berikutnya adalah belalang akan banyak yang mati karena jumlah rumput tidak mencukupi kebutuhan makan belalang yang jumlahnya semakin banyak.
Pada gambar piramida yang ada di atas, tingkat trofik I di tempati oleh prosdusen yaitu rumput dan pepohonan, tingkat trofik II di tempati oleh konsumen primer yaitu ulat, belalang, badak, rusa, tapir, gajah, dan burung rangkong, tingkat trofik III di tempati oleh ayam hutan dan tikus, dan tingkat trofik IV di tempati oleh konsumen puncak yaitu ular, elang, dan harimau.
Pertumbuhan populasi pada suatu daerah di pengaruhi oleh baberapa hal yaitu natalitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi (pepindahan). Pada model 1, pertumbuhan populasi terus meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan populasinya di pengaruhi oleh mortalitas (kematian) pada seluruh induk burung gereja, dan tidak terjadi migrasi. Pada model 2, pertumbuhan populasi dipengaruhi natalitas (kelahiran) dan mortalitas (kematian) pada induknya . Pada keadaan ini, populasi mengalami peningkatan jumlah yang sedikit karena mortalitas lebih tinggi daripada natalitas, dan tidak terjadi migrasi. Pada model 3, pertumbuhan populasi dipengaruhi oleh mortalitas dan natalitas pada keturunannya. Pertumbuhan populasi pada model ini mengalami perkembangan yang sangat pesat karena jumlah natalitas lebih tinggi daripada mortalitasnya. Pada model 4, jumlah populasi mengalami peningkatan yang disebabkan oleh imigrasi sebanyak 50 ekor pertahun dan tidak terjadi emigrasi, mortalitas, dan natalitas, sehingga jumlah populasi tidak mengalami penurunan.Dari hasil akhir yang didapatkan, faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi adalah imigrasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pertumbuhan populasi dapat tumbuh karena dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain natalitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan imigrasi. Apabila tingkat kelahiran meningkat atau semakin tinggi maka semakin mempercepat pertumbuhan populasi.
2. Di dalam suatu ekosistem terdapat komponen biotik (mahkluk hidup) dan komponen abiotik (lingkungan) yang saling berhubungan untuk menjaga kesimbangan ekosistem. Antar spesies terjadi hubungan berupa peristiwa makan memakan sehingga dalam suatu komunitas terbentuk struktur dimana setiap spesies memilki peran yang berbeda.
V.2 Saran
Dalam melakukan percobaan ini sebaiknya kita teliti dalam menghitung setiap asumsi yang didapat karena jika asumsi awal salah maka akan berpengaruh terhadap asumsi-asumsi selanjutnya. Laboratorium tetap dijaga kebersihannya agar proses praktikum berjalan dengan lancar.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Ekologi. http://Populasi dan Ekosistem.freehostia.com. Diakses pada tanggal 16 April 2013, pukul 20.05 WITA.
Atha, 2011. Rantai Makanan Jaring - Jaring Makanan dan Piramida Makanan. http://athaanakcerdas.blogspot.com/2011/12/rantai-makanan-jaring-jaring-makanan.html. Diakses pada tanggal 18 April 2013, pukul 16.35 WITA.
Auliah, 2012. Definisi Ekologi dan Lingkungan. http://www.caragampang.com/2012/definisiekologidanlingkungan.html. Diakses pada tanggal 18 April 2013, pukul 16.47 WITA.
Bastian, Yolla Martina, 2010. Materi Ekosistem. http://olazone.blogspot.com/2010/html. Diakses pada tanggal 17 April 2013, pukul 21.09 WITA.
Indriyanto, 1982. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.
Purnomo, Agus, 2006. Ekosistem. http://www.slideshare.net/purnomodrs/ekosistem. Diakses pada tanggal 16 April 2013, pukul 19.30 WITA.
Zoer’aini, 1992. Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta.


Laporan Biologi Dasar Fotosintesis

Laporan Biologi Dasar Fotosintesis

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR
PERCOBAAN II
FOTOSINTESIS
NAMA : ANDI AFIF AFRIANSYA
NIM : L241 13 319
HARI/TANGGAL PERC : RABU, 2 OKTOBER 2013
KELOMPOK :3 (TIGA)
ASISTEN : FINNY ALVIONITA




LABORAATORIUM BIOLOGI DASAR
UNIT PELAKSANA TEKNIS MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2O13
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Suatu ciri hidup yang hanya dimiliki khusus oleh tumbuhan hijau adalah kemampuan dalam menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta diasimilasi dalam tubuh tumbuhan. Tumbuhan tingkat tinggi pada umumnya tergolong pada organisme autotrof, yaitu makhluk hidup yang dapat mensintesis sendiri senyawa organik yang dibutuhkannya. Senyawa organik yang baku adalah rantai karbon yang dibentuk oleh tumbuhan hijau dari proses fotosintesis.
Tumbuhan tingkat tinggi umumnya tergolong pada organisme autrotof, yaitu makhluk yang dapat mensintesis sendiri senyawa organik yang dibutuhkannya. Senyawa organik yang baku adalah rantai karbon yang dibentuk oleh tumbuhan hijau dari fotosintesis. Dalam proses ini energi radiasi diubah menjadi energi kimia dalam bentuk ATP dan NADPH + H yang selanjutnya akan digunakan untuk mereduksi CO2 menjadi glukosa (Kimball, 2002).
Dalam kehadiran cahaya, fotosintesis dapat terjadi pada sembarang bagian hijau tumbuhan, akan tetapi pada tumbuhan darat yang khusus hanya daun dengan bagian permukaan yang luas dan kloroplas yang banyak yang merupakan pusat utama proses dari fotosintesis. Karbondioksida yang digunakan pada fotosintesis diperoleh dari atmosfer yang biasanya mengandung gas ini sekitar 0,03 persen volume (Kimball, 2002).

I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
a. Membuktikan proses fotosintesis akan menghasilkan glukosa.
b. Membuktikan proses fotosintesis melepaskan O2 atau oksigen.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Praktikum atau percobaan ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 2 oktober 2013 pada pukul 08.00-11.00 WITA, bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Dan dipelataran Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu sifat fisiologi yang hanya dimiliki khusus oleh tumbuhan ialah kemampuannya untuk menggunakan zat-karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta asimilasikan di dalam tubuh tanaman. Peristiwa ini hanya berlangsung cukup cahaya, dan oleh karena itu maka asimilasi zat-karbon disebut juga fotosintesis. Lengkapnya adalah bahwa fotosintesis atau asimilasi zat-karbon itu suatu proses di mana zat-zat organik H2O dan CO2 oleh klorofil diubah menjadi zat organik karbohidrat dengan pertolongan cahaya matahari. Pengubahan energi sinar menjadi energi kimia (karbohidrat) dan kemudian pengubahan energi kimia menjadi energi kerja pada peristiwa pernafasan dalam tubuh tumbuhan merupakan rangkaian proses kehidupan di dunia ini (Dwijoseputro, 1994).
Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya dan sintesis yang berarti penyusunan. Jadi fotosintesis adalah proses penyusunan dari zat organik H2O dan CO2 menjadi senyawa organik yang kompleks yang memerlukan cahaya. Fotosintesis hanya dapat terjadi pada tumbuhan yang mempunyai klorofil, yaitu pigmen yang berfungsi sebagai penangkap energi cahaya matahari (Kimball, 2002).
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang (Kimball, 2002).
Fotosintesis dikenal sebagai suatu proses sintesis makanan yang dimiliki oleh tumbuhan hijau dan beberapa mikroorganisme fotosintetik. Organisme yang mampu mensintesis makanannya sendiri disebut sebagai organisme autrotof. Autotrof dalam rantai makanan menduduki sebagai produsen. Pada prinsinya komponen yang dibutuhkan dalam reaksi fotosintesis adalah CO2 yang berasal dari udara dan H2O yang diserap dari dalam tanah. Selain itu sesuai dengan namanya, foto “cahaya” reaksi ini membutuhkan cahaya matari sebagai energi dalam pembuatan atau sintesis produk (senyawa gula dan oksigen) (Kimball, 1999).
Reaksi fotosintesis dapat diartikan bahwa enam molekul karobondioksida dan enam molekul air bereaksi dengan bantuan energi cahaya matahari untuk dirubah menjadi satu molekul glukosa dan enam molekul oksigen. Glukosa adalah molekul yang dibentuk sebagai hasil dari proses fotosintesis yang di dalamnya tersimpan hasil konversi energi cahaya matahari dalam bentuk ikatan-ikatan kimia penyusun molekul tersebut. Glukosa merupakan senyawa karbon yang nantinya digunakan bersama elemen-elemen lain di dalam sel untuk membentuk senyawa kimia lain yang sangat penting bagi organisme tersebut, seperti DNA, protein, gula dan lemak. Selain itu, organisme dapat memanfaatkan energi kimia yang tersimpan dalam ikatan kimia di antara atom-atom penyusun glukosa sebagai sumber energi dalam proses-proses di dalam tubuh (Kimball, 1999).
Seperti organisme lainnya, tanaman tersusun atas sel-sel sebagai unit dasar penyusun kehidupan tanaman. Sel-sel tanaman mengandung struktur yang disebut kloroplas (Chloroplast) yang merupakan tempat terjadinya fotosintesis. Kloroplas adalah organel khusus yang dimiliki oleh tanaman, berbentuk oval dan mengandung klorofil (chlorophyll) yang dikenal dengan zat hijau daun. Seluruh bagian tumbuhan yang merupakan struktur berwarna hijau, termasuk batang dan buah memiliki kloroplas dalam setiap sel penyusunnya. Namun secara umum aktifitas fotosintesis terjadi di dalam daun. Michael W. Davidson dalam websetnya menyatakan bahwa kepadatan kloroplas di permukaan daun suatu tanaman rata-rata sekitar satu setengah juta per milimeter persegi (Kimball, 2002).
Fotosintesis memiliki dua macam reaksi, yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. Selama reaksi terang, klorofil bersama dengan pigmen-pigmen lain di dalam kloroplas menyerap energi cahaya matahari dan mengkonversinya menjadi energi kimia yang disimpan dalam ikatan kimia penyusun glukosa. Energi yang diserap merupakan energi kaya elektron yang nantinya akan terlibat dalam serangkaian rantai reaksi yang disebut transpot elektron. Air melalui reaksi terang akan dipecah (fotolisis) menjadi proton, elektron dan O2. Proton dan elektron yang dihasilkan dari pemecahan ini bergabung dengan senyawa aseptor elektron NADP+ (nikotinamide adenosine dinucleotide phosphate) membentuk NADPH. Beberapa proton bergerak melalui membran kloroplas , dan energi yang dibentuk berupa ATP (Adenosine triphospat). NADPH dan ATP adalah komponen yang masuk ke dalam reaksi gelap (siklus Calvin), yang merubah molekul CO2 menjadi molekul gula berantai karobon tiga. energi kimia hasil konversi dari energi cahaya matahari tersimpan dalam senyawa karbon tersebut (Kimball, 2002).
Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang terdapat di alam sebagai molekul yang kompleks dan besar. Karbohidrat sangat beraneka ragam contohnya seperti sukrosa, monosakarida, dan polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang paling sederhana. Monosakarida dapat diikat secara bersama-sama untuk membentuk dimer, trimer dan lain-lain. Dimer merupakan gabungan antara dua monosakarida dan trimer terdiri dari tiga monosakarida (Kimball, 2002).
Tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh makanan sebagai kebutuhan pokoknya agar tetap bertahan hidup, tumbuhan tersebut harus melakukan suatu proses yang dinamakan proses sintesis karbohidrat yang terjadi dibagian daun satu tumbuhan yang memiliki klorofil, dengan menggunakan cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses fotosintesis, hal ini disebabkan klorofil yang berada didalam daun tidak dapat menggunakan cahaya matahari karena klorofil hanya akan berfungsi bila ada cahaya matahari (Dwidjoseputro,1986).
Pada tahun 1860, Sachs membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan amilum. Dalam percobaannya tersebut ia menggunakan daun segar yang sebagian dibungkus dengan kertas timah kemudian daun tersebut direbus, dimasukkan kedalam alkoholdan ditetesi dengan iodium. Ia menyimpulkan bahwa warna biru kehitaman pada daun yang tidak ditutupi kertas timah menandakan adanya amilum (Malcome, 1990).
Organisasi dan fungsi suatu sel hidup bergantung pada persediaan energi yang tak henti-hentinya. Sumber energi ini tersimpan dalam molekul-molekul organik seperti karbohidrat. Untuk tujuan praktis, satu-satunya sumber molekul bahan bakar yang menjadi tempat begantung seluruh kehidupan adalah fotosintesis. Fotosintesis merupakan salah satu reaksi yang tergolong ke dalam reaksi anabolisme. Fotosintesis adalah proses pembentukan bahan makanan (glukosa) yang berbahan baku karbondioksida dan air (Malcome, 1990).
Fotosintesis terjadi di dalam kloroplas. Kloroplas merupakan organel plastid yang mengandung pigmen hijau daun (klorofil). Sel yang mengandung kloroplas terdapat pada mesofil daun tanaman, yaitu sel-sel jaringan tiang (palisade) dan sel-sel jaringan bunga karang (spons). Di dalam kloroplas terdapat klorofil pada protein integral membrane tilakoid. Klorofil dapat dibedakan menjadi klorofil a dan klorofil b. klorofil a merupakan hijau rumput (green grass pigment) yang mampu menyerap cahaya merah dan biru-keunguan. Klorofil a ini sangat berperan dalam reaksi gelap fotosintesis. Klorofil b merupakan pigmen hijau-kebiruan yang mampu menyerap cahaya biru dan merah kejinggaan. Klorofil b banyak terdapat pada tumbuhan, ganggang hijau dan beberapa bakteri autotrof (Dwidjoseputro, 1986).
Klorofil terdapat sebagai butir-butir hijau di dalam kloroplas. Pada umumnya kloroplas itu berbentuk oval, bahan dasarnya disebut stroma, sedang butir-butir yang terkandung di dalamnya disebut grana. Pada tanaman tinggi ada dua macam klorofil, yaitu (Dwidjoseputro, 1986):
klorofil-a : C55H72O5N4Mg, berwarna hijau tua
klorofil-b : C55H70O6N4Mg, berwarna hijau muda
Rumus bangunnya berupa suatu cincin yang terdiri atas 4 pirol dengan Mg sebagai inti. Rumus bangun ini hamper serupa dengan rumus bangun haemin (zat darah), di mana intinya bukan Mg melainkan Fe. Pada klorofil; terdapat suatu rangkaian yang disebut fitil yang dapat terlepas menjadi fitol C2H39OH, jika kena air (hidrolisis) dan pengaruh enzim klorofilase. Fitol itu lipofil (suka asam lemak), sedangkan biasanya disebut rangka porfin, sifatnya hidrofil (suka akan air) (Dwidjoseputro, 1994).
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembentukan klorofil (Kimball, 2002):
1. Faktor pembawaan.
Pembentukan klorofil dibawakan oleh gen tertentu di dalam kromosom.
Terlalu banyak sinar berpengaruh buruk kepada klorofil. Larutan yang diharapkan kepada sinar kuat tampak berkurang hijaunya. Hal ini juag dapat kita lihat pada daun-daun yang terus terkena kena sinar langsung warna mereka menjadi hijau kekuning-kuningan.
3. Oksigen
4. Karbohidrat.
Dengan tiada pemberian gula, daun-daun tersebut tak mampu menghasilkan klorofil, meskipun faktor-faktor lain cukup.
5. Nitrogen Magnesium.
Besi yang menjadi bahan pembentuk klorofil merupakan suatu conditionsinc qua non(kehausan) Kekurangan akan salah satu dari zat-zat tersebut mengakibatkan klorosis kepada tumbuhan.
6. Air
Air merupakan faktor keharusan pula, kekurangan air mengakibatkan desintegrasi dari klorofil seperti terjadi pada rumput dan pohon-pohonan di musim kering.
7. Unsur-unsur Mn, Cu, Zn, meskipun hanya di dalam jumlah yang sedikit sekali, membantu pembentukan klorofil. Dengan tiada unsur-unsur itu, tanaman akan mengalami klorosis juga.
8. Temperatur antara 3o-48oC merupakan suatu kondisi yang baik untukpembentukan klorofil pada kebanyakan tanaman, akan tetapi yang paling baik ialah antara 26o-30oC.
Berikut adalah beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis (Kimball, 2002):
1. Intensitas cahaya.
Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya.
2. Konsentrasi karbon dioksida
Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapat digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
3. Suhu
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim.
4. Kadar air
Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
5. Kadar fotosintat (hasil fotosintesis)
Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar fotointat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang.
Pada umumnya sel fotosintesis mengandung satu atau lebih pigmen klorofil yang berwarna hijau. Berbagai sel fotosintesis lainnya seperti pada ganggang dan bacteria, berwarna coklat, merah dan ungu. Hal ini disebabkan oleh adanya pigmen lain di samping klorofil, yaitu pigmen pelengkap, seperti karotenoid yang berwarna kuning, merah atau ungu dan fikobilin yang berwarna biru atau merah (Wirahadikusumah, 1985).
Pada percobaaan Sachs, A daun yang sebagian tertutup x, terkena sinar sepanjang hari. B daun tersebut setelah dipetik, direbus, direndam dalam alcohol untuk melarutkan klorofilnya dan setelah itu dicelup dalam larutan yodium. Bagian yang tertutup tampak putih (berarti tanpa amilum), sedang daerah sekitarnya berwarna hitam yang menunjukkan adanya amilum (Wirahadikusumah, 1985).
Jan Ingenhousz merupakan orang yang pertama kali melakukan penelitian tentang fotosintesis adalah Jan Ingenhousz (1730-1799). Ingenhousz memasukkan tumbuhan air Hydrilla verticillata ke dalam bejana yang diisi air. Bejana gelas itu ditutup denagn corong terbalik dan diatasnya di beri tabung reaksi yang diisi air hingga penuh. Bejana itu diletakkan di terik matahari. Tak lama kemudian muncul gelembung udara dari tumbuhan air tersebut. Gelembung udara tersebut menandakan adanya gas. Setelah diuji ternyata adalah oksigen. Ingenhousz menyimpulkan fotosintesis menghasilkan oksigen (Kimball, 2002).
Fotosintesis terjadi hanya di bagian hijau tanaman. Untuk efisiensi fotosintesis harus daun tipis dan memiliki luas permukaan besar. Ini membantu dalam penyerapan cahaya dan difusi gas, dan sarana untuk mencegah kehilangan air yang berlebihan melalui stomata dan epidermis. Jumlah besar kloroplas dalam sel-sel mesofil palisade menyediakan jaringan fotosintetik utama. Ruang antara spons berbentuk tidak teratur di dalam sel-sel mesofil daun izin difusi gas gratis. Turgor sel penjaga berubah menjadi gas mengizinkan pertukaran dengan atmosfer. Kutikula pada berlapis tunggal transparan epidermis atas dan bawah melindungi daun dari pengeringan dan infeksi (Kimball, 2002).





BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah kertas timah (aluminium foil), gelas piala, kaki tiga dan pembakaran Bunsen, gegep(penjepit tabung),kawat kasa, dan stopwatch,tabung reaksi, gelas piala, dan corong.
III.2 Bahan
Dalam percobaan ini, bahan-bahan yang digunakan yaitu daun mangga Mangifera indica L. , air mendidih, alkohol 70%,JKJ(Jodium Kalium Iodida) dan Tanaman Hydrilla verticillata Hoele.
III.3 Cara Kerja
III.3.1 Percobaan Sachs
1. Kita sediakan satu daun mangga dan menutupi sebagian permukaan daun tersebut dengan menggunakan kertas timah (aluminium foil). Pastikan permukaan daun tersebut tidak terkena cahaya matahari dalam 7 hari.
2. daun mangga yang ditutupi aluminium foil dipagi hari di petik sebelum dilakukan percobaan.
3. Selanjutnya Kertas timah(aluminium foil) yang terdapat di permukaan daun di buka ,lalu mengamati perbedaan yang terjadi pada daun yang ditutupi kertas timah dengan yang tidak ditutupi kertas timah.
4. Selanjutnya di masukkan/mencelupkan daun mangga kedalam air yang telah dipanaskan selama ± 10 menit hingga warnanya berubah menjadi warna kuning. Lalu amati apa yang terjadi pada daun mangga tersebut.
5. celupkan daun mangga kedalam alkohol mendidih ± 5 menit, hal ini berfungsi untuk melarutkan klorofil pada daun. Lalu mengamati perubahan daun mangga tersebut.
6. Mencelupkan lagi daun mangga tersebut kedalam larutan JKJ beberap saat lalu bilas dengan air mengalir agar larutan JKJ hilang. Jika terdapat bintik hitam/biru tua, itu membuktikan bahwa proses fotosintesis menghasilkan glukosa dalam bentuk butiran amilum.
III.3.2 Percobaan Ingenhouz
1. Gelas piala yang telah di isi air kemudian masukkan tanaman Hydrilla verticillata Hoele kedalamnya.
2. Kita memasukkan corng terbalik kedalam gelas piala.
3. Pangkal corong tersebut di tutpi tabung reaksi terbalik dengan sejumlah air didalamnya.
4. Menempatkan percobaan ini dibawah sinar matahari atau cahaya matahari.
5. Mengamati apakah ada gelembung-gelembung udara yang yang terkumpul didasar tabung reaksi.Jika ada berarti terbentuk oksigen (O2).





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 HASIL
IV.1.1 Percobaan Sachs
a. Gambar awal daun mangga yang kertas aluminium foilnya telah dilepaskan

b. gambar proses pencelupan daun mangga kedalam air mendidih

c. gambar daun mangga yang telah di celupkan kedalam air mendidih/air panas mengalami perubahan warna pada daun yaitu coklat kekuning-kuningan.

d. gambar proses pencelupan daun ke dalam alkohol

e. gambar daun mangga yang telah dicelupkan kedalam alkohol yang mengalami perubahan warna

f. Proses pencelupan daun mangga kedalam larutan JKJ

g. Gambar daun mangga yang telah dicelupkan kedalam larutan JKJ.

Keterangan Gambar :
1. Bagian daun mangga yang tidak tertutup kertas aluminium foil.
2. Bagian daun mangga yang tertutup kertas aluminium foil.
3. Gelas piala
4. Air mendidih/air panas
5. Kawat kasa
6. Kaki tiga
7. Daun mangga yang telah dicelupkan kedalam air panas
8. Gegep
9. Alkohol
10. Pemanas spritus/bunsen
11. Daun mangga yang telah dicelupkan kedalam alkohol.
12. Larutan JKJ
13. Butiran amilum.
V.1.2 Percobaan Ingenhouz

Keterangan:
1. Tabung reaksi
2. Gelas Piala
3. Air
4. Corong terbalik
5. Tanaman hydrilla verticillata Hoele.
Tabel Pengamatan
NO Waktu ( menit) Jumlah Gelembung Udara
1 5 -
2 10 ++
3 15 ++++
4 20 +++++++
5 25 +++++++++
6 30 ++++++++++++

IV.2 PEMBAHASAN
Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya dan sintesis yang berarti penyusunan. Jadi fotosintesis adalah proses penyusunan dari zat organik H2O dan CO2 menjadi senyawa organik yang kompleks yang memerlukan cahaya. Fotosintesis hanya dapat terjadi pada tumbuhan yang mempunyai klorofil, yaitu pigmen yang berfungsi sebagai penangkap energi cahaya matahari.
Pada percobaan Sachs, daun yang dimasukkan dalam air mendidih bertujuan untuk mematikan sel,dimana daun dalam kondisi layu. Daun yang dimasukan dalam alkohol mendidih mempunyai fungsi untuk melarutkan klorofil pada daun dan daun terlihat kaku setelah dicelupkan dalam alkohol. Fungsi JKJ sebagai indikator amilum apakah daun mengalami fotosintesis atau tidak.Perbedaan daun yang ditutupi kertas aluminium foil dengan daun yang tidak ditutupi kertas yaitu pada daun yang tidak ditutupi kertas aluminium foil akan tampak bitu kehitaman yang menandai bahwa pada daun tidak terjadi fotosintesis. Hal ini disebabkan karena kertas aluminium foil mempunyai sifat memantul cahaya matahari sehingga fotosintesis tidak dapat berlangsung, berbeda dengan daun yang tidak mendapatkan perlakuan, akan tampak bercak-bercak ungu kehitam-hitaman yang adanya amilum.Dengan kata lain, secara umum fotosintesis hanya dapat berlangsung jika ada cahaya matahari yang cukup mengenai permukaan daun yang ditandai dengan adanya amilum pada daun.
Percobaan Ingenhouz tanaman Hydrilla verticillata Hoele dengan panjang yang telah ditentukan dimasukkan ke dalam corong dengan posisi terbalik yang ditutup dengan tabung reaksi dan kemudian ke dalam gelas piala yang berisi air sampai penuh, apabila dilakukan perlakuan dengan memberikan cahaya pada Hydrilla verticillata tersebut akan menghasilkan gelembung udara yang banyak, sedangkan apabila diberi perlakuan dengan ditempatkan pada tempat yang tidak terdapat cahaya dengan lama pengamatan yang sama, maka Hydrilla verticillata yang direndam akan mengeluarkan gelembung udara dalam jumlah yang relatif sangat sedikit.









BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah:
1. Setelah dilakukan beberapa tahap percobaan tampak bahwa daun yang ditutupi kertas aluminium foil berwarna agak transparan, yang membuktikan bahwa bagian daun tersebut mengandung amilum.
2. Dengan munculnya gelembung-gelembung udara yang terkumpul di dasar tabung reaksi membuktikan bahwa fotosintesis melepaskan O2/oksigen.
V.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan percobaan, daun yang akan digunakan ditutup dengan sebaik – baiknya, agar hasil yang diperoleh tidak berlawanan dengan hasil yang diharap.









DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.
Dwidjoseputro. 1986. Dunia Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.
Kimball,dkk.2002. Biologi Jilid 1edisi kedelapan. Erlangga. Jakarta.
Kimball,John. 1994. Biologi Jilid 1 edisi kelima. Erlangga Jakarta.
Malcome, 1990. Sains Biologi. Bumi Aksara. Jakarta.
Wirahadikusumah. 1985. Fotosintesis. Gramedia. Jakarta.




Laporan Biologi Dasar Fotosintesis
Back to Top